Jokowi: Wilayah Papua Akan Terang Benderang pada 2019

Rusman | Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Jokowi meresmikan enam infrastruktur kelistrikan di Papua, Senin (17/10)
Penulis: Safrezi Fitra
17/10/2016, 18.28 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar proyek pembangunan infrastruktur kelistrikan di wilayah Papua dipercepat. Dia ingin setiap daerah di wilayah tersebut dapat teraliri listrik sebelum pemerintahannya berakhir tiga tahun lagi.

Jokowi pun memerintahkan hal ini kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sofyan Basir menjanjikan bahwa semua kecamatan di Provinsi Papua dan Papua Barat baru bisa mendapat akses listrik pada 2020. (Baca: Bangun Pembangkit Listrik di Indonesia Timur Butuh Rp 152 Triliun)

"Saya sampaikan, saya tidak mau selesainya di 2020. Saya minta di 2019. Masa lama sekali? Disampaikan ke saya, Pak medannya di Papua ini berat. Ya saya tahu, saya kan sudah ke Wamena, Nduga, juga besok saya ke Yahukimo," kata Jokowi dalam keterangannya saat meresmikan sejumlah proyek infrastruktur kelistrikan di Papua dan Papua Barat, Senin (17/10).

Target mendesak yang diberikan Jokowi ini sangat beralasan. Hingga saat ini mayoritas masyarakat di wilayah Papua masih belum teraliri listrik. Tingkat keterjangkauan listrik atau rasio elektrifikasi di daerah tersebut baru mencapai 47 persen. Artinya masih ada 53 persen penduduk Papua dan Papua Barat yang belum bisa menikmati akses listrik.

Meski demikian, dia juga memahami bahwa ini merupakan target yang sulit bagi PLN. Pembangunan infrastruktur di Papua tidak semudah seperti yang dilakukan di daerah lain, karena medan dan tanahnya yang rumit. Jokowi menganggap ini sebagai suatu tantangan bagi PLN.

“Proyek yang ada di Papua dan Papua Barat, medannya berat. Saya tahu, tapi jangan diundur-undur. Saya minta semuanya dimajukan,” ujarnya. (Baca: Pemerintah Jamin Pendanaan dan Kelayakan Proyek Pembangkit 35 GW)

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi meresmikan enam proyek pembangunan infrastruktur listrik di Papua. Dua proyek pembangkit diantaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Orya Genyem berkapasitas 2 x 10 megawatt (MW) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Prafi berkapasitas 2 x 1,25 MW,

Sementara empat infrastruktur lainnya adalah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kilo Volt Genyem-Waena-Jayapura sepanjang 174,6 kilometer sirkuit dan SUTT 70 kilo Volt Holtekamp-Jayapura sepanjang 43,4 kilometer sirkit. Kemudian Gardu Induk Waena-Sentani 20 Mega Volt Ampere dan Gardu Induk Jayapura 20 Mega Volt Ampere.

"Seperti yang saya sampaikan, 2019 akan tambah kurang lebih 240 MW. Sehingga nantinya elektrifikasi di atas 90 persen, artinya semua kecamatan sudah teraliri oleh listrik," ujarnya.

Dengan enam infrastruktur kelistrikan tentunya akan mengurangi masalah kurangnya pasokan listrik di kedua provinsi tersebut. Jokowi mengatakan listrik adalah masalah yang dihadapi semua provinsi di Indonesia. Saat dia berkunjung ke suatu daerah, masalah pertama yang disampaikan warga adalah kondisi listrik yang terkadang mati atau biarpet.

(Baca: PLN Lanjutkan 21 Proyek Pembangkit Listrik yang Mangkrak)

Dia juga mengakui bahwa krisis listrik ini terjadi karena adanya keterlambatan dalam membangun pembangkit listrik. Makanya secara bertahap, pemerintah terus berusaha mengatasi masalah krisis listrik dengan membangun pembangkit listrik yang tersebar di banyak wilayah di Indonesia.