PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sedang mempersiapkan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Lontar unit 4 di Tangerang, Banten. Pembangunan proyek ini merupakan bagian dari percepatan program pembangkit 35 gigawatt (GW) yang direncanakan pemerintah.
Direktur Bisnis PLN Regional Jawa Bagian Barat dan Lampung Murtaqi Syamsuddin menyatakan pihaknya tidak akan menggunakan jaminan dari pemerintah untuk pembangunan PLTU ini. PLN telah mendapat kepercayaan dari kreditur untuk mendapatkan pendanaan.
“Sumber pendanaan Jepang untuk proyek PLTU Lontar ini adalah yang pertama tanpa menggunakan jaminan Pemerintah,” ujar Murtaqi melalui keterangan resmi yang diterima Katadata, Jakarta, Selasa (10/5). (Baca: PLTU Ketapang Siap Beroperasi Akhir Mei)
PLN juga telah mendapatkan komitmen pendanaan dari Eropa untuk proyek pembangkit lain. Bahkan dalam hal pendanaan ini PLN telah berhasil memperolehnya sebanyak tiga kali, tanpa melalui jaminan dari pemerintah.
Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan PLTU Lontar Unit 4 sebesar US$ 225 juta, 18 milyar yen dan Rp 1,58 trilyun. Sekitar 30 persen dari kebutuhan dana tersebut ditutupi dengan kas internal. PLN mendapat pendanaan sekitar 70 persen dari nilai tersebut dari lembaga pembiayaan asing. 60 persennya dibiayai oleh Japan Bank International Corporation (JBIC) dan 40 persen sisanya dibiayai oleh pinjaman dari SMBC.
Pembangunannya dilaksanakan oleh pemenang tender, yaitu Sumitomo Corporation, Black and Veatch International Company. Kontraknya telah ditandatangani pada 17 September 2015 dan mulai efektif pada 1 April 2016. Dua perusahaan asing ini kemudian menggandeng kontraktor lokal, PT Satyamitra. (Baca: Pemerintah Biayai 9 Proyek Infrastruktur Rp 33 T dari Utang Cina)
Proyek PLTU Lontar unit 4 ini merupakan lanjutan dari pembangkit unit 1, 2, dan 3 di lokasi yang sama. Masing-masing unit pembangkit memiliki kapasitas yang sama, yakni 315 MW. Ketiganya telah beroperasi dan listrik yang dihasilkan sudah masuk dalam sistem kelistrikan Jawa-Bali.
“Nantinya pasokan dari PLTU Lontar Unit 4 akan memperkuat sistem Jakarta-Banten, dan akan masuk sub sistem Balaraja,” ujar Murtaqi.
Selain pembangunan PLTU Lontar 4, PLN juga sedang berupaya mempercepat pembangunan proyek pembangkit 35 GW lainnya. Rencana yang telah disusun PLN, dalam kurun waktu lima tahun (2014-2019) akan ada 109 pembangkit yang dibangun. Terdiri dari 35 proyek yang akan dibangun oleh PLN dengan total kapasitas 10.681 MW dan 74 Proyek oleh swasta/Independent Power Producer (IPP) dengan total kapasitas 25.904 MW.
Hingga kuartal pertama 2016, sebanyak 12.226,8 MW atau 34,4 persen dari total proyek 35 GW. Sebanyak 8.377,7 MW atau 23,6 persen sedang dalam tahap pengadaan. Selain itu, PLN juga telah melakukan banyak penandatanganan kontrak jual beli listrik dari proyek tersebut. "PLN telah melakukan kontrak jual beli/Power Purchase Agreement (PPA) sebesar 10.941 MW atau 30,8 persen," ujar Manajer Senior Public Relations PLN Agung Murdifi. (Baca: Kadin Usul Pengembangan Biogas untuk Pembangkit 35 GW)
Sementara itu, untuk progress konstruksi sudah mencapai 3.862 MW atau 10,9 persen meliputi pembangunan pembangkit, transmisi dan Gardu Induk. Sekitar 397 MW pembangkit diantaranya telah selesai dan beroperasi. Salah satunya Pembangkit LIstrik Tenaga Gas (PLTG) Gorontalo berkapasitas 100 MW yang telah beroperasi maksimal.