KATADATA - Satu di antara proyek besar infrastruktur pemerintahan Presiden Joko Widodo yaitu pembangkit istrik berkapasitas 35 ribu megawatt. Dari target tersebut yang mesti selesai pada 2019, hari ini PT Perusahaan Listrik Negara melaporkan proyek yang sudah kelar sepanjang tahun lalu baru mencapai 1000 megawatt.
Senior Manager Public Relations PLN Agung Murdifi mengatakan satu-satunya pembangkit 35 ribu megawatt yang terbangun pada 2015 adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gorontalo dengan kapasitas 4 x 25 megawatt, sehingga totalnya 100 megawatt. “Konstruksi sudah 100 persen. Ini pembangkit pertama yang merupakan bagian dari 35 ribu megawatt,” kata Agung di Kantor PLN, Jakarta, Rabu, 20 Januari 2016.
Menurut dia, proyek pembangkit listrik yang lain seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede 2 x 55 megawatt dan juga PLTA Upper Cisokan 4 x 250 megawatt masih tahap konstruksi. “Masih banyak yang dalam progress,” ujarnya. Melihat perkembangan tersebut, dia optimistis target 35 ribu megawatt akan tercapai. (Baca: Ada 113 Lokasi Megaproyek Listrik 35 GW Masih Bermasalah).
Sementara itu, Direktur Perencanaan Korporasi PLN Nicke Widyawati mengatakan pada tahun ini akan ditandatangani 37 proyek pembangkit listrik dengan total kapasitas 15.533 megawatt. Hal ini menyusul 17 proyek pembangkit berkapasitas 9.780 megawatt yang sudah diteken tahun lalu. Dengan demikian, hingga 2019, PLN akan menggarap 402 proyek dengan daya tampung listrik 42.940 megawatt. Untuk mewujudkannya, PLN membutuhkan dana US$ 53 miliar atau sekitar Rp 715,5 triliun.
Nicke menjelaskan beberapa hambatan terutama terjadi dalam membangun pembangkit listrik energi terbarukan. Salah satunya menyangkut pengadaan lahan, rasio kesuksesan elektrifikasi, dan tarif jual listrik yang kurang efisien. “Itu beberapa isu yang dihadapi pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan,” kata Nicke.
Awal tahun lalu, Jokowi menyatakan PLN harus dapat merampungkan penambahan pembangkit listrik 35 ribu megawatt dalam lima tahun. Dia menegaskan proyek tersebut bukan main-main dan merupakan target realistis yang bisa dicapai. (Baca juga: Presiden Minta Menteri dan Menko Cari Solusi Megaproyek Listrik).
Ketika itu, PLN telah menjelaskan tahapan penyelesaian proyek 35 ribu megawatt itu. Namun, di tengah jalan, Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli yang baru dilantik pada Agustus 2015 mengkritik megaproyek tersebut.
Menurut Rizal, proyek listrik 35.000 megawatt tidak realistis. Apalagi, ditambah dengan proyek 7.000 megawatt yang juga tak kunjung tuntas. “Jadi total 42 ribu megawatt itu sulit dicapai dalam waktu lima tahun,” kata Rizal ketika itu. (Baca: Sudirman-Rizal Beda Pendapat Soal Proyek Listrik 35.000 MW).
Karenanya, dia meminta Menteri Eenergi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said serta Dewan Energi Nasional untuk mengkaji ulang rencana tersebut. Keraguannya didasarkan pada kemampuan finansial PLN untuk membiayai semua proyek. Jika mesti diselesaikan maka perlu memperbesar peran swasta atau pihak asing untuk mengerjakannya.