Hingga Kuartal III-2015 Laba Pertamina Anjlok 47 Persen

Arief Kamaludin|KATADATA
Direktur Utama Pertamina, Dwi Sucipto di Jakarta, Kamis, (22/10).
Penulis: Safrezi Fitra
22/10/2015, 20.35 WIB
 
 


KATADATA - 
PT Pertamina (Persero) membukukan pendapatan hingga kuartal III tahun ini sebesar US$ 10,21 miliar. Perolehan ini 42 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 55,17 miliar.

Direktur Pertamina Arief Budiman mengatakan turunnya pendapatan perusahaan disebabkan adanya gejolak ekonomi, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan penurunan harga minyak dunia.

Kondisi harga minyak dan nilai tukar yang terjadi saat ini meleset dari asumsi yang ditetapkan pemerintah. Kurs dolar AS yang ditargetkan Rp 12.500, ternyata mencapai Rp 13.000-14.000. Sedangkan harga minyak yang ditargetkan US$ 60 per barel, kenyataannya hanya US$ 50 per barel.

Makanya penurunan pendapatan ini berbanding terbalik dengan produksi migas yang meningkat. Produksi minyak meningkat menjadi 282.140 barel per hari, dari kuartal III tahun lalu yang hanya 221.100 barel per hari. Produksi gas juga naik dari 1,54 miliar kaki kubik per hari (BCFD), menjadi 1,98 BCFD.

Penurunan pendapatan ini berpengaruh besar pada perolehan laba bersih yang turun hingga 47 persen. Dalam sembilan bulan tahun ini, Pertamina mencatatkan laba bersih hanya US$ 914 juta, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 1,73 miliar.

"EBITDA (laba sebelum pajak, bunga, depresiasi, dan amortisasi) juga turun menjadi US$ 1,23 Miliar dari tahun lalu US$ 1,39 Miliar," kata Arif dalam konferensi Pers Kinerja Pertamina kuartal III-2015 di Jakarta, Kamis (22/10).

kinerja Pertamina Q3-2015 (Katadata)

Meski labanya turun, margin EBITDA Pertamina justru meningkat. Kuartal III tahun lalu, marginnya hanya 8,75 persen, saat ini meningkat menjadi 11,09 persen. Meningkatnya margin ini merupakan keberhasilan Pertamina dalam melakukan efisiensi.

Arif mengatakan upaya efisiensi yang dilakukan Pertamina dalam sembilan bulan, telah berhasil menghemat pengeluaran hingga US$ 430,77 juta. Nilai penghematan ini lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar US$ 361,62 juta, atau 35 persen dari biaya operasional.

Efisiensi dilakukan salah satunya pada proses pengadaan barang dan jasa dilakukan satu pintu di Kantor Pusat Pertamina. Efisiensi juga dilakukan dengan revitalisasi pembelian BBM dari luar negeri yang dilakukan Integrated Supply Chain (ISC).

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan upaya efisiensi masih akan tetap dilakukan kedepannya. Beberapa upaya yang akan dilakukan adalah dengan menyeleksi perjalanan dinas dan tidak melakukan pembelian kendaraan dinas baru.

"Kemarin kami evaluasi soal harga untuk LPG, Insya Allah bisa hemat Elpiji sampai US$ 100 juta," ujarnya dwi.

Reporter: Anggita Rezki Amelia