Pertamina Hulu Energi dan Medco E&P menandatangani perjanjian jual beli gas atau PJBG dengan PT Kayan LNG Nusantara pada Rabu (20/5). Dengan perjanjian tersebut, produksi gas dari Blok Simenggaris akan dialirkan ke kilang mini LNG pertama di Indonesia yang berada di Kalimantan Utara.
Penandatanganan PJBG dilakukan oleh Afif Saifudin selaku Direktur Utama PT PHE Simenggaris, Ronald Gunawan selaku Direktur Utama PT Medco E&P Simenggaris, Antony Lesmana selaku Direktur PT Kayan LNG Nusantara, dan disaksikan Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief S. Handoko.
SKK Migas menyebut penandatanganan PJBG tersebut merupakan momen penting bagi industri migas. Sebab, pertama kalinya PJBG di Indonesia menggunakan skema bisnis LNG downstream.
Dengan skema tersebut, PT Kayan LNG Nusantara akan membeli gas dari produsen gas JOB Pertamina-Medco E&P Simenggaris. Kemudian, gas dari Blok Simenggaris diubah menjadi LNG dan disimpan dalam LNG isotank untuk dikapalkan langsung kepada pembeli.
"Komitmen SKK Migas bersama kontraktor kontrak kerja sama untuk memprioritaskan pasokan domestik semakin mengukuhkan peran gas sebagai modal pembangunan nasional," ujar Arif dalam siaran pers pada Rabu (20/5).
(Baca: Permintaan Gas Anjlok, Pengembangan Blok Sakakemang Terhambat)
PJBG tesebut juga bisa memberikan nilai tambah, efek berganda, dan pemasukan bagi negara. Dengan total volume penjualan gas sebesar 22 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), diestimasikan
pengaliran dan penyerapan gas akan dimulai pada akhir Desember 2021.
PJBG ini merupakan tindak lanjut dari penetapan alokasi gas dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tertanggal 23 April 2019 dan penetapan harga gas dari Menteri ESDM tertanggal 16 Oktober 2019. "Kami berharap melalui PJBG ini dapat memenuhi kebutuhan domestik untuk kelistrikan dan industri, serta turunan manfaat lainnya," kata Direktur PT Kayan LNG Nusantara Antony
Lesmana.
Dalam konteks pembangunan ekonomi lokal, Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie berharap kerjasama tersebut membawa efek berganda bagi ekonomi daerah. Oleh karena itu, dia berharap proses perizinan bisa dipermudah.
“Proses perjalanan menuju PJBG ini banyak pelajaran berharga yang didapat dan meminta seluruh jajaran di wilayah Kalimantan Utara mempermudah dan mengawal mulai perijinan, serta mengurangi proses yang menghambat proses investasi," kata Irianto.
Selain itu, kilang mini LNG di Simenggaris diharapkan menjadi hub bagi pengembangan lapangan-lapangan gas lainnya di Kalimantan Utara. Sebab, banyak lapangan yang saat ini belum termonetisasi.
General Manager JOB Pertamina-Medco E&P Simenggaris Budi Prabowo juga berharap teknologi penyimpanan LNG di Simenggaris menjadi pionir bagi skema virtual pipeline distribusi gas di dalam negeri. Dengan begitu, pasokan gas bisa didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan gas/LNG dalam skala kecil di pulau-pulau terpencil di Indonesia.
PJBG sebesar 22 MMSCFD itu merupakan PJBG ketiga di Wilayah Kerja Simenggaris, Kalimantan
Utara. PJBG pertama merupakan kerja sama dengan PLN Kaltim dengan volume 500 ribu kaki kubik gas per hari untuk memasok kebutuhan kelistrikan PLN di Kabupaten Tana Tidung.
PJBG kedua merupakan perjanjian antara PT PLN (Persero) dengan volume 8 MMSCFD. Gas tersebut dialirkan untuk kebutuhan kelistrikan di Kalimantan Utara dan sekitarnya.
Dengan begitu, Blok Simenggaris akan menjual gas dengan total volume 30 juta kaki kubik ke pembelinya untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Sedangkan total produksi dari blok tersebut mencapai 500 MSCFD.
(Baca: BPH Migas Sebut Permintaan Gas Turun hingga 70% Akibat Pandemi Corona)