Perusahaan Listrik Negara atau PLN mengantongi laba bersih sebesar Rp 251,6 miliar sepanjang semester I 2020. Capaian tersebut anjlok 96% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,3 triliun.
Mengutip laporan keuangan PLN semester I 2020, laba bersih anjlok lantaran perusahaan mencatatkan kerugian selisih kurs atau nilai tukar sebesar Rp 7,79 triliun. Padahal pada periode sebelumnya perusahaan mencatatkan laba selisih kurs sebesar Rp 5,03 triliun.
Sementara, pendapatan dari penjualan listrik masih tumbuh 1,5% atau Rp 1,96 triliun dari Rp 133,45 triliun pada semester 1 tahun 2019 menjadi Rp 135,41 triliun pada semester tahun ini. Semua ini diperoleh dengan tarif tenaga listrik yang tidak mengalami perubahan sejak 2017.
Secara keseluruhan, sepanjang semester 1 tahun 2020, perusahaan mampu membukukan pendapatan usaha Rp 139,78 triliun meningkat 1,6% dibandingkan semester 1 tahun lalu. EBITDA perusahaan semester 1 tahun 2020 senilai Rp 35,29 triliun dengan EBITDA Margin sebesar 21,4%.
Peningkatan penjualan listrik didukung oleh pertumbuhan jumlah pelanggan, dimana sampai dengan akhir Juni 2020 telah mencapai 77,19 juta atau bertambah sebanyak 3,59 juta pelanggan dari posisi akhir Juni 2019 sebesar 73,6 juta pelanggan.
Sementara itu, untuk pertumbuhan infrastruktur ketenagalistrikan sampai dengan Juni 2020, PLN telah menambah kapasitas terpasang pembangkit sebesar 1.285,2 Mega Watt (MW).
Jaringan transmisi, khususnya untuk evakuasi daya pembangkit yang telah beroperasi, mengalami peningkatan sepanjang 950,9 kilometer sirkuit (kms), dan penambahan kapasitas Gardu Induk sebesar 2.890 Mega Volt Ampere (MVA).
Di sisi lain, upaya efisiensi biaya operasional terus dilakukan khususnya biaya pemakaian bahan bakar, untuk periode semester 1 tahun 2020 lebih rendah dibandingkan periode semester 1 tahun lalu, BPP semester 1 tahun 2020 adalah Rp 1.368 per kWh yang lebih rendah Rp 21 dibanding BPP di periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 1.389 per kWh.
Sebelumnya selisih kurs juga sempat membebani kinerja PLN pada semester I 2018. Ketika itu PLN merugi hingga Rp 5,3 triliun akibat kerugian selisih kurs yang mencapai Rp 11,58 triliun. Perkembangan kinerja PLN selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada databoks berikut ini.