Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menyatakan tak tertarik untuk membeli 35% saham Blok Masela dari Shell Upstream Overseas Ltd. Alasannya, proyek tersebut kurang ekonomis bagi perusahaan.
Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro, mengatakan pihaknya selalu melihat peluang dalam bisnis hulu migas di Indonesia, termasuk rencana Shell dalam menjual saham di Blok Masela.
Namun setelah perusahaan mengkaji secara keseluruhan, lokasi dan proses produksi Blok Masela yang masih panjang menjadi alasan perusahaan tak mengambil kesempatan tersebut.
"Saham Shell di Masela kurang tepat untuk Medco karena dua hal, pertama laut dalam dan kedua kemungkinan monetisasinya masih lama," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (4/8).
Sebagaimana diketahui, Shell Upstream Overseas berencana keluar dari proyek Abadi Blok Masela. Namun, Shell memastikan tetap akan mempertahankan bisnis lainnya di Indonesia yang bergerak di sektor hilir migas.
Sebelumnya, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan bahwa Shell telah melaporkan rencana divestasi kepada internal SKK Migas. Hanya, divestasi dalam kepemilikan saham di Blok Masela merupakan kewenangan antar operator.
"Urusan divestasi itu urusan B to B antara operator Masela yaitu Inpex. Hanya kalau sudah terjadi baru dilaporkan ke SKK untuk persetujuan menteri," ujar dia.
Di samping itu, saat ini Inpex dan Shell tengah mencari investor baru yang sesuai dengan target perusahaan. Meski begitu, Fatar tak bisa memperkirakan berapa lama proses pencarian investor tersebut dapat rampung. "Sementara mereka tetap commit untuk pengembangan lapangan Abadi," katanya.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno juga membenarkan Shell berniat keluar dari proyek Blok Masela. Dia menjelaskan, rencana Shell keluar dari Blok Masela sebenarnya sudah diutarakan beberapa bulan lalu lantaran kondisi keuangan Shell yang tertekan.
Dia menilai, mundurnya Shell akan berdampak besar terhadap perkembangan penyelesaian proyek. "Sampai hari ini Shell belum hengkang ya, masih diskusi dengan Inpex dan yang lain. Kalau Inpex jalan terus, proyek harus jalan meski tertatih," ujar Julius.
Adapun turunnya harga minyak dunia dan pandemi Covid-19 telah memukul kinerja lifting hulu migas. Ini sudah terlihat dari produksi siap jual atau lifting migas semester I-2020 yang tak memenuhi target seperti terlihat pada databoks berikut.