Harga Minyak Naik di Tengah Kekhawatiran Penurunan Permintaan Global

Katadata
Ilustrasi, kilang minyak. Harga minyak mentah dunia naik meski pasar masih diselimuti kekhawatiran pandemi corona bakal menurunkan permintaan bahan bakar.
7/8/2020, 08.29 WIB

Harga minyak mentah dunia menguat meski pelaku pasar masih diselimuti kekhawatiran pandemi virus corona atau Covid-19 bakal mempengaruhi permintaan. Pergerakan harga minyak saat ini ditopang rencana pengurangan pasokan yang dilakukan oleh Irak.

Mengutip Bloomberg, Jumat (7/8) pukul 08.00 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman oktober 2020 naik 0,38% menjadi US$ 45,26 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2020 naik 0,5% menjadi US$ 42,16 per barel.

Sebelumnya harga minyak sempat turun pada penutupan perdagangan Kamis (6/8), namun penurunan harga tidak terlalu dalam karena pelaku pasar menyambut positif rencana Irak memangkas produksi.

Irak dilaporkan akan menambah pemangkasan produksi sebesar 400.000 barel per hari pada Agustus 2020. Pemangkasan tambahan ini dilakukan untuk mengkompensasi kelebihan produksi saat negara-negara produsen minyak atau OPEC memutuskan memangkas produksi pada Mei 2020.

Selain itu sentimen positif dari stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) masih cukup kuat menopang pergerakan harga minyak global.

Seperti diketahui, Energy Information Administration (EIA) merilis data persediaan minyak mentah AS turun 7,4 juta barel. Jumlah ini jauh melebihi penurunan yang diprediksi sejumlah analis dalam jajak pendapat Reuters, yakni 3 juta barel.

Selain itu melemahnya dolar AS di pasat global juga menopang harga minyak. Sebab penurunan dolar AS membuat minyak lebih murah bagi pelaku pasar yang memegang mata uang asing.

Meski demikian, pelaku pasar masih khawatir pandemi corona yang tak kunjung selesai bakal merusak prospek membaiknya permintaan. Pasalnya, peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara memaksa pemberlakuan kembali karantina wilayah atau lockdown, serta pembatasan aktivitas. Hal ini dikhawatirkan membuat prospek pemulihan ekonomi berjalan lambat.

'Selain itu pelaku pasar juga masih menunggu realisasi stimulus tambahan penanganan Covid-19 oleh AS. Hingga kini Kongres AS dan Gedung Putih belum menemukan titik temu terkait pemberian stimulus tambahan.

"Semua orang menunggu paket bantuan virus Corona untuk memberikan pemulihan ekonomi," kata Senior Analyst Price Futures Group Phil Flynn, dilansir dari Reuters.

Jika stimulus tambahan tidak segera diberikan atau bahkan batal, maka pasokan minyak mentah di AS akan berlebih. Karena meski data pasokan saat ini turun, namun jika pemulihan ekonomi berjalan lambat maka permintaan pun akan rendah, yang akhirnya akan menyeret harga minyak kembali turun.

"Dalam jangka menengah permintaan yang lemah kemungkinan akan lebih berat daripada sentimen positif, itulah sebabnya kami memperkirakan harga akan terkoreksi dalam waktu dekat," kata analis Commerzbank Eugen Weinberg.

Reporter: Verda Nano Setiawan