Chevron Corp berinvestasi pada startup Zap Energy Inc yang bergerak pada bisnis fusi nuklir. Chevron bergabung dengan ENI dan Equinor yang terlebih dahulu berinvestasi pada fusi nuklir untuk mengurangi emisi karbon.
Keputusan Chevron tersebut dipengaruhi oleh tekanan investor yang menginginkan perusahaan mengurangi emisi. Investor juga menginginkan Chevron berinvestasi pada energi rendah karbon, dan mengungkapkan dampak produksi bahan bakar fosilnya terhadap perubahan iklim.
"Investasi Chevron Technology Ventures dalam fusi nukril merupakan peluang untuk meningkatkan fokus perusahaan pada beragam portofolio sumber daya energi rendah karbon," ujar Chevron seperti dikutip dari Reuters, Kamis (13/8).
Namun, Chevron tak menyebut jumlah investasi di perusahaan tersebut. Sebelumnya, Zap Energy mendapatkan US$ 6,5 juta dari pendanaan Seri A pada 12 Juli 2020.
Adapun, Zap Energy merupakan perusahaan rintisan yang fokus mengembangkan fusi nuklir. Fusi nuklir merupakan proses yang dapat menghasilkan sejumlah besar energi tanpa gas emisi dan limbah radioaktif jangka panjang yang terbatas.
Di sisi lain, Chevron justru berencana melepas proyek Indonesia Deepwater Development (IDD). Manager Corporate Communication Chevron Pasific Indonesia Sonitha Poernomo menyebut proyek IDD tahap II tidak ekonomis bagi perusahaan.
Ia pun menyebutkan bahwa proyek IDD tahap II tidak dapat bersaing dengan portofolio global Chevron lainnya. Oleh karena itu, perusahaan tengah mengevaluasi alternatif strategis untuk kepemilikan dan pengoperasian 62% hak partisipasi di proyek IDD.
"Kami percaya proyek itu akan memiliki nilai untuk operator lain, agar Kutai Basin dapat terus dikembangkan dengan selamat dan bertanggung jawab," kata Sonitha, kepada Katadata.co.id, Selasa (21/7).
Meski demikian, Chevron menyatakan terus bekerja sama dengan para pemangku kepentingan saat ini. Salah satunya, dengan membantu merealisasikan potensi proyek IDD tahap II.