Harga minyak mentah dunia naik tipis pada perdagangan Senin (31/8) yang diikuti dengan kenaikan harga minyak Brent secara bulanan lima kali berturut-turut. Kenaikan dipengaruhi sejumlah dukungan sentimen global, mulai dai Badai Laura hingga tumuan baru ladang minyak dan gas Saudi Aramco.
Mengutip Bloomberg pada pukul 09.30 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman November 2020 naik 0,37% menjadi US$ 43,13 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2020 naik 0,59% menjadi US$ 46,08 per barel.
Harga Brent pada Agustus diperkirakan akan ditutup dengan kenaikan harga bulanan. Harga brent pernah mencapai puncak pada level US$ 46,23 per barel pada 5 Agustus, tertinggi sejak Maret. Sedangkan harga minyak WTI berada di jalur kenaikan bulanan keempat kali, mencapai US$ 43,78 per barel pada 26 Agustus ketika muncul badai Laura.
Badai Laura telah menutup enam kilang pantai pekan lalu yang berkontrubusi sekitar 12% dari kapasitas pemrosesan minyak AS. Perusahaan yang tidak mengalami kerusakan berarti telah mengambil langkah untuk memulai kembali operasionalnya.
Selain badai, pelemahan nilai tukar dolar juga turut mendongkrak harga minyak meskipun permintaan bahan bakar tengah berjuang bangkit di tengah pandemi virus corona. Namun, harga minyak mentah masih mungkin menghadapi rintangan beberapa waktu mendatang.
"Kami percaya bahwa nilai tukar dolar yang lebih rendah dari level saat ini akan memberi dampak minimal terhadap pembelian minyak mentah, terlepas dari harga minyak mentah yang sedikit lebih menguntungkan," kata Analis RBC Capital Mike Tran dari seperti dilansir dari Reuters.
Hubungan antara permintaan dan elastisitas harga menjadi lebih tumpul saat ini, karena minyak sudah murah, banyak tersedia serta terdapat kelangkaan pembeli.
Data Refiniv dan Vortexa menunjukkan, impor minyak mentah Tiongkok pada September turun untuk pertama kalinya dalam lima bulan. Ini dikarenakan rekor volume minyak mentah yang tersimpam di dalam maupun di luar importir terbesar dunia.
Kondisi tersebut lantas merefleksikan kekhawatiran bakal terjadinya peningkatan pasokan minyak serta mengindikasikan lambannya pemulihan ekonomi global.
Perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. memperkirakan, harga minyak dan gas yang lebih tinggi telah mendorong produsen AS untuk melanjutkan pengeboran. Hal ini terlihat dari jumlah rig minyak dan gas negara itu yang meningkat tiga lipat menjadi 254 pada Agustus.
Di Timur Tengah, Saudi Aramco menemukan dua ladang minyak dan gas baru di wilayah utara negara itu, kata menteri energi kerajaan Arab Saudi Pangeran Abdul Aziz bin Salman.
Pangeran Abdulaziz bin Salman Al-Saud mengatakan ladang minyak Abraq al-Toloul, yang terletak di tenggara kota utara Arar, mengalir dengan laju harian 3.189 barel per hari (bpd) minyak mentah bersama dengan 3,5 juta kaki kubik gas alam.
Ladang gas Hadabat al-Hajara di wilayah al-Jof memiliki tingkat produksi harian 16 juta kaki kubik gas alam, beserta 1944 bph kondensat minyak.