Petrogas (Basin) Ltd kembali resmi mengelola Blok Kepala Burung di Sorong, Papua Barat. Pemerintah dengan induk perusahaan, RH Petrogas, telah menandatangani kontrak gross split wilayah kerja itu pada 11 Juli 2018 dan berlaku efektif mulai hari ini, Kamis (15/10), hingga 14 Oktober 2040.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan Petrogas telah bekerja maksimal pada kontrak sebelumnya. Produksi minyak dan gas alam (migas) meningkat dan melebihi target.
Perusahaan yang berbasis di Singapura itu juga melakukan langkah-langkah efisiensi. Hingga kontrak awal berakhir, Petrogas melakukan kegiatan eksplorasi untuk mengembangkan potensi jangka panjang. “SKK Migas berharap kinerja yang baik tetap dipertahankan pada periode kontrak berikutnya," katanya dalam keterangan tertulisnya.
Deputi Komersial SKK Migas, Arief Setyawan Handoko menyebut langkah efisiensi menjadi kunci sukses pengelolaan Blok Kepala Burung. "Kami akan terus berkoordinasi dengan Petrogas, baik menyelesaikan administrasi rezim kontrak sebelumnya, untuk pengelolaan aset di masa depan,” ujarnya.
Petrogas Kelola Blok Kepala Burung dan Salawati
Petrogas akan menjadikan negara ini lokasi fokus bisnisnya ke depan. President Petrogas Companies Indonesia Syafri Syafar mengatakan perusahaan juga telah ditunjuk sebagai operator alih kelola Wilayah Kerja Salawati pada April lalu.
Lokasi Kepala Burung dan Salawati berdekatan satu sama lain. Syafri menyebutnya sebagai sinergi yang menguntungkan. Pengelolaan dua wilayah kerja ini akan memakai etika bisnis yang baik dan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. “Sebagai upaya meningkatkan produksi migas yang 100% diperuntukan bagi kebutuhan energi dalam negeri, khususnya Papua Barat,” ujarnya.
Blok Kepala Burung memiliki dua fasilitas produksi. Pertama adalah Kasim Production Facility untuk fasilitas produksi minyak mentah dari Lapangan Walio, Wakamuk, Cendrawasih, Kasim, dan Jaya. Hasil produksinya untuk kebutuhan dalam negeri dan diolah di kilang Pertamina RU-VII, Sorong.
Kedua adalah Arar Gas dan LPG Plant untuk fasilitas produksi gas dari Lapangan Arar dan Klalin. Produk gasnya digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Kabupaten Sorong.
Dengan luas area sekitar 850 kilometer persegi, Blok Kepala Burung menghasilkan sekitar 5 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan lebih dari 20 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD). Keseluruhan produk, baik minyak mentah maupun gas, diperuntukkan bagi kebutuhan dan ketahanan energi domestik.
Untuk Blok Sawalati berada di area seluas 1.136,82 kilometer persegi. Blok migas ini pertama kali berproduksi pada 1991. Area produksinya saat ini adalah Lapangan Matoa, Lapangan SWO, Lapangan NEO, Lapangan ANAK, Lapangan ARGO, Lapangan NE AJA, dan Lapangan BAGONG.
Lapangan Matoa merupakan fasilitas produksi utama Blok Salawati. Terdapat 19 sumur minyak yang berada di lapangan ini yang menghasilkan lebih dari 750 barel minyak per hari dan gas sebesar 2,5 juta standar kaki kubik per hari.