Model bisnis hulu migas perlu berubah untuk mencapai target 1 juta barel per hari pada 2030. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan masalah utama terhambatnya kenaikan produksi saat ini adalah mayoritas lapangan minyak dan gas bumi Indonesia sudah tua.
Perubahan model bisnis harapannya dapat mengakselerasi dan menggenjot produksi migas. “Harus lebih agresif dan efisien,” kata Dwi dalam FAMI Group Discussion 2020, Senin (2/11).
Terdapat empat strategi untuk mengejar target 1 juta barel. Keempatnya adalah mempertahankan produksi dari lapangan yang sudah ada atau existing, mempercepat transformasi sumber daya ke cadangan, menerapkan teknologi enhanced oil recovery (EOR), dan eksplorasi.
Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro berpendapat tak mustahil bagi pemerintah mencapai target produksi itu selama fiskal yang ditawarkan menarik bagi investor. Oman, misalnya, dapat menggenjot produksinya dari 700 ribu barel menjadi lebih dari satu juta barel dengan teknologi EOR.
Regulator hulu migas negara itu memberikan kontrak sesuai kondisi lapangan migas masing-masing. Pemerintah di sana juga memberikan keuntungan yang wajar kepada investor sehingga setiap lapangan dapat dikembangkan.
Medco pernah sekali memenangkan tender untuk mengelola salah satu produksi lapangan minyak di Oman yang produksinya telah menurun. Produksi awalnya hanya 6 ribu barel per hari. Lalu, perusahaan berhasil menaikkannya menjadi 20 ribu barel per hari.
Dalam mengerjakan proyek itu, pemerintah Oman menanggung semua biaya Medco. Perusahaan hanya diminta mendongkrak produksi minyak dengan imbalan 5% dari produksi yang dihasilkan. "Setelah itu, kami mendapat tambahan insentif 12% ketika diperpanjang," ujarnya.
Strategi tersebut sebenarnya dapat diimplementasikan di Indonesia. Pemerintah dapat memulainya dengan membentuk tim yang mengidentifikasi beberapa lapangan yang bisa menjadi kandidat untuk menerpakan EOR. " Kementerian ESDM dan SKK Migas dapat mencari insentif fiskalnya," ujar Hilmi.
Realisasi Lifting Migas 2020
Pemerintah optimistis dapat merealisasikan target produksi 1 juta barel minyak per hari pada 2030. Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut Indonesia masih terdapat 68 dari 128 cekungan yang berpotensi mengandung minyak dan gas bumi (migas) yang belum dieksplorasi.
Ke-68 cekungan tersebut sudah dalam perencanaan, sehingga dalam waktu beberapa tahun mendatang bisa memiliki data migas yang akurat, yang dapat menjadi daya tarik investor menanamkan investasinya. "Kami memang punya program jangka panjang supaya bisa me-recover kembali target produksi, target lifting kita," ujarnya pada September lalu.
Produksi siap jual atau lifting minyak nasional per 31 Agustus 2020 tercatat sedikit melebihi target anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan atau APBN-P. Realisasinya secara year-to-date di angka 706,9 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau 100,3% melampaui sasaran 705 ribu barel per hari.
Untuk produksi gas, SKK Migas mencatat realisasinya mencapai 5.516 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Angka ini sedikit di bawah target APBN-P 2020, yakni 5.556 juta standar kaki kubik per hari.