Pemerintah Perlu Beri Insentif Fiskal Untuk Capai Target 1 Juta Barel

Katadata
Ilustrasi. SKK Migas menyebut model bisnis hulu migas perlu berubah untuk mencapai target 1 juta barel per hari pada 2030.
2/11/2020, 18.44 WIB

Model bisnis hulu migas perlu berubah untuk mencapai target 1 juta barel per hari pada 2030. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan masalah utama terhambatnya kenaikan produksi saat ini adalah mayoritas lapangan minyak dan gas bumi Indonesia sudah tua.

Perubahan model bisnis harapannya dapat mengakselerasi dan menggenjot produksi migas. “Harus lebih agresif dan efisien,” kata Dwi dalam FAMI Group Discussion 2020, Senin (2/11).

Terdapat empat strategi untuk mengejar target 1 juta barel. Keempatnya adalah mempertahankan produksi dari lapangan yang sudah ada atau existing, mempercepat transformasi sumber daya ke cadangan, menerapkan teknologi enhanced oil recovery (EOR), dan eksplorasi.

Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro berpendapat tak mustahil bagi pemerintah mencapai target produksi itu selama fiskal yang ditawarkan menarik bagi investor. Oman, misalnya, dapat menggenjot produksinya dari 700 ribu barel menjadi lebih dari satu juta barel dengan teknologi EOR.

Regulator hulu migas negara itu memberikan kontrak sesuai kondisi lapangan migas masing-masing. Pemerintah di sana juga memberikan keuntungan yang wajar kepada investor sehingga setiap lapangan dapat dikembangkan.

Medco pernah sekali memenangkan tender untuk mengelola salah satu produksi lapangan minyak di Oman yang produksinya telah menurun. Produksi awalnya hanya 6 ribu barel per hari. Lalu, perusahaan berhasil menaikkannya menjadi 20 ribu barel per hari.

Dalam mengerjakan proyek itu, pemerintah Oman menanggung semua biaya Medco. Perusahaan hanya diminta mendongkrak produksi minyak dengan imbalan 5% dari produksi yang dihasilkan. "Setelah itu, kami mendapat tambahan insentif 12% ketika diperpanjang," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan