Tahun Depan, Beban Berat Produksi Minyak di Tangan Pertamina

Arief Kamaludin|KATADATA
Pertamina bakal menguasai 70% produksi minyak nasional pada pertengahan 2021.
5/11/2020, 20.09 WIB

Pertamina bakal menguasai 70% produksi minyak nasional tahun depan, pascapengambilalihan Blok Rokan dari Chevron Pacific Indonesia. Beban berat menunggu perusahaan pelat merah itu.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto berharap perusahaan mampu menggenjot produksinya secara signifikan. “Kami berharap banyak pada Pertamina untuk meningkatkan kegiatan hulu migas semaksimal mungkin,” ujarnya dalam FGD Exploration & Production 2020, Kamis (5/11).

Chevron saat ini sudah menggelontorkan investasi untuk mencegah penurunan produksi blok minyak di Riau itu. SKK Migas dan Chevron telah menyepakati pokok-pokok perjanjian atau heads of agreement (HoA) untuk pengeboran Blok Rokan pada bulan lalu.

Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka investasi dalam rangka alih kelola blok itu ke Pertamina akan terjamin. Chevron juga telah menyiapkan investasi sebesar US$ 154 juta untuk pengeboran 100 hingga 200 sumur sampai Agustus 2021.

Komitmen ini targetnya dapat membuat produksi Blok Rokan tidak anjlok. "Itu di luar sumur yang akan dibor Pertamina,” ujar Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Suardin.

CEO Subholding Hulu Pertamina Budiman Parhusip mengatakan saat alih kelola Blok Rokan rampung pada 9 Agustus 2021, perusahaan akan langsung memulai aktivitas pengeboran. Targetnya, produksi di tahun berikutnya akan meningkat dari saat ini.

Perusahaan juga akan menerapkan teknologi enhanced oil recovery (EOR) untuk menguras sumur-sumur existing yang sudah tua di blok tersebut. "Blok Rokan adalah lapangan yang sudah sangat berumur, lebih dari 90 tahun. Perlu dikelola dengan benar untuk bisa mengurangi penurunan dan menambah meningkatkan produksi," ucapnya.

Peningkatan produksi minyak nasional saat ini sangat penting karena defisit neraca perdagangannya terus melebar sejak 2003. Pada 2018, defisit neraca minyak nasional meningkat 13,79% menjadi 977 ribu barel per hari dibandingkan tahun sebelumnya.

Melebarnya defisit minyak tersebut dipicu oleh kenaikan konsumsi minyak sebesar 5,24% menjadi 1,79 juta barel per hari diikuti turunnya produksi sebesar 3,52% menjadi 808 ribu barel per hari.

Produksi minyak terus menurun karena minimnya penemuan lapangan baru.  Sampai akhir Agustus lalu angka produksinya di 706,9 ribu barel per hari.

Tentang Blok Rokan

Sebagai informasi, Blok Rokan merupakan blok minyak terbesar kedua di Indonesia. Luasnya sekitar 6.220 kilometer dan memiliki 96 lapangan migas. Tiga diantaranya memiliki potensi minyak yang sangat baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap.

Sejak beroperasi pada 1971 hingga 31 Desember 2017, total produksi di Blok Rokan mencapai 11,5 miliar barel minyak. Namun, produksi Blok Rokan terus menurun. Apalagi Chevron tidak lagi berinvestasi untuk aktivitas apapun di Blok Rokan pada 2020.

Berdasarkan data hingga 31 Mei 2020. Blok Rokan mencatatkan produksi sebesar 180 ribu barel minyak per hari atau lebih tinggi 105.9% dari target lifting APBN sebesar 170 ribu bopd. 

Chevron kerap menjadi kontraktor kontrak kerja sama atau KKKS dengan produksi siap jual atau lifting minyak terbesar di Indonesia. Berdasarkan data SKK Migas, produksinya mencapai 209.478 barel minyak per bari (BOPD) pada 2018 dan semua berasal dari Blok Rokan.

Meskipun mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, capaian Chevron mengalahkan lifting migas Mobil Cepu maupun PT Pertamina EP seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini.

Reporter: Verda Nano Setiawan