Indonesia mendapat komitmen ekspor batu bara ke Tiongkok selama tiga tahun mulai 2021. Nilai komitmennya mencapai US$ 1,46 miliar atau sekitar Rp 20,6 triliun.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA) telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan China Coal Transportation and Distribution (CCTDA), Rabu (25/11).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan hasil kesepakatan itu akan mendongkrak nilai batu bara yang sempat mengalami kelesuan di tengah pandemi Covid-19.
Ia optimistis komoditas batu bara akan kembali bergairah. "Ini momen positif untuk mengembalikan realisasi produksi sesuai dengan proyeksi yang ditetapkan," kata Agung berdasarkan keterangan tertulis hari ini.
Kerja sama tersebut bermula dari hasil kunjungan kerja pemerintah Indonesia ke Tiongkok yang diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi beberapa bulan lalu. Upaya ini sejalan dengan perayaan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Kebijakan pasokan jangka panjang ekspor batu bara tersebut dapat memfasilitas produsen dalam negeri dengan pembeli Tiongkok. Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menyampaikan kesepakatan penjualan batu bara Indonesia ke Negeri Panda akan meningkatkan volume perdagangan.
Tahun depan Tiongkok akan membeli 200 juta ton batu bara RI. "Ini merupakan bagian dari kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama anatara kedua negara," kata Hendra.
Kesepakatannya dilaksanakan dalam acara secara virtual China-Indonesia Coal Procurement Matchmaking Meeting. Hadir dalam acara ini adalah Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Direktur Jenderal Departemen Urusan Asia Kementerian Perdagangan RRT Peng Gang, Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh RRT untuk RI Xiao Qian, dan Duta Besar Berkuasa Penuh RI untuk RRT dan Mongolia Djauhari Oratmangun.
Penandatanganan kerja sama antara APBI dengan CCTDA juga dihadiri oleh anggota APBI yang menjadi eksportir batubara ke RRT yaitu Adaro Energy, Bukit Asam, Kideco, Indo Tambangraya Megah, Multi Harapan Utama, Berau dan Toba Bara. Turut hadir pula perwakilan China National Coal Association atau CNCA.
Pemerintah Tingkatkan Hilirisasi Batu Bara
Pemerintah Indonesia saat ini juga menggenjot hilirisasi batu bara untuk mendorong perekonomian dan energi hijau. Kebijakan ini dapat membuka peluang investasi bagi investor dari Tiongkok yang dikenal sudah sangat maju dalam penguasaan teknologi pengolahan batubara, termasuk gasifikasi.
Ketua Umum APBI Pandu Sjahrir mengapresiasi dukungan dari pemerintah dalam mendorong kerja sama perdagangan dan investasi di sektor industri batu bara. Ia berharap dengan kerja sama ini, produsen batu bara nasional optimis menatap tahun 2021.
"Meskipun pasar batu bara global diperkirakan belum akan pulih sepenuhnya seperti di tahun 2018-2019," katanya.
Sebagai informasi, berdasarkan data Kepabeanan Tiongkok, total ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk produk batu bara, khususnya HS 2702, HS 2701, dan HS 2704, periode Januari hingga September 2020 mencapai US$ 4,9 miliar. Jumlah itu menurun dibandingkan dengan total ekspor tahun 2019 dalam periode yang sama, sebesar US$ 5,8 miliar.