Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi alias BPH Migas melakukan soft launching digitalisasi stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU. Platform ini akan mengawasi penyaluran jenis bahan bakar minyak jenis tertentu (JBT) sehingga penjualannya dapat dipantau secara langsung.
Anggota Komite BPH Migas Lobo Balia mengatakan uji coba digitalisasi telah berlangsung di Batam. Dari hasil pemantauan, terjadi praktik pelanggaran kuota JBT jenis solar bersubsidi yang melampaui kebutuhan. “Kami mencoba melakukan pencatatan yang baik. Realisasi (pelanggarannya) berkurang 50%,” katanya dalam konferensi pers virtual kemarin, Senin (7/12).
Direktur Pemasaran PT Pertamina Patra Niaga Jumali mengatakan sebelum ada sistem tersebut perusahaan tidak memiliki data siapa saja yang menggunakan dan memakai BBM bersubsidi. Akibatnya, pengawasan cukup sulit. “Ke depan kami akan maksimalkan sistem ini untuk monitoring,” ujarnya.
Dengan adanya digitalisasi, pencatatan menjadi lebih baik dan penyaluran solar bersubsidi pun tepat sasaran. Ia pun meminta supaya BPH Migas juga lebih intens mensosialisasikan program ini ke masyarakat luas. ”Masyarakat harus mau di data saat beli solar JBT. Pertamina harus konsisten melakukan pendataan," kata Jumali.
Pendataan itu termasuk nomor atau pelat kendaraan yang membeli BBM bersubsidi. Setiap SPBU wajib mencatatnya. Apabila tidak melakukannya, maka akan ada sanksi bagi pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum.
Namun, BPH Migas dan Pertamina belum merinci sanksi yang bakal diberikan. Sejauh ini, perusahaan energi pelat merah itu masih fokus pada sosialisasi program digitalisasi tersebut.
Dalam melaksanakan program ini, Pertamina bekerja sama dengan Telkom sehingga digitalisasi SPBU menjangkau seluruh Indonesia. Direktur Enterprise and Business Service Telkom Edi Witjara menyebut pemerintah akan memiliki ruang untuk pengawasan dalam program ini. “Kami menjadi pendukung sistemnya,” katanya.
Pertamina Lakukan Digitalisasi SPBU
Pertamina sedang berupaya menyelesaikan program digitalisasi SPBU pada pertengahan tahun ini. Namun, upaya tersebut terhambat karena pandemi Covid-19 meluas di Indonesia.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman sebelumnya mengatakan program digitalisasi SPBU tidak bisa lagi dilaksanakan secara masif. Sebab, pihaknya harus menjaga keselamatan dan keamanan pekerja dari virus corona.
Pertamina telah menyelesaikan survei di seluruh Indonesia dengan jumlah 5.518 SPBU. Instalasi sistem teknologi informasinya telah terpasang di 4.410 unit atau hampir 80% dari total SPBU.
Selanjutnya, ada 1.458 SPBU yang telah terpasang automatic tank gauge (ATG). Dari instalasi tersebut akan dilanjutkan proses integrasi agar data bisa dipantau melalui dashboard.
Menurut Fajriyah, program digitalisasi SPBU merupakan upaya Pertamina untuk meningkatkan layanan kepada konsumen. "Sehingga bisa memantau ketersediaan dan stok BBM di setiap wilayah, stok dan penjualan BBM, transaksi di SPBU, serta meningkatkan pengawasan penyaluran BBM,” ujarnya.