Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu akan memasuki masa penurunan produksi alami (natural decline) pada tahun ini. SKK Migas sedang menyiapkan beberapa langkah antisipasi supaya penurunan produksi tak berpengaruh besar pada pencapaian produksi minyak nasional.
Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (ECM) selama ini merupakan penyumbang lifting minyak terbesar. Agar tak mengurangi produksi nasional, SKK Migas akan menggenjot kemampuan produksi minyak pada blok migas lainnya.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan pihaknya tengah melakukan manajemen operasional khususnya pada reservoir yang baik. Tujuannya agar penurunan produksi di Lapangan Banyu Urip tidak terjadi secara drastis.
Namun, Julius tak merinci secara detail perkiraan volume penurunan produksi di blok tersebut. "Akan segera dilakukan development drilling di lapangan atau blok lain untuk menambah dan mempertahankan produksi secara nasional," kata Julius kepada Katadata.co.id, Selasa (5/1).
Selain itu, ia berharap pada 14 proyek migas yang ditargetkan onstream atau berproduksi pada tahun ini serta beberapa kegiatan sumur pengembangan. Harapannya proyek itu dapat menutupi penurunan produksi di Blok Cepu.
"Dari sekitar 600-an sumur pengembangan atau eksploitasi dan juga dari 14 proyek yang akan onstream di 2021," ujarnya.
SKK Migas sebelumnya berencana menggenjot produksi Blok Cepu. Hal ini setelah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK menyetujui revisi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) blok tersebut.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan revisi Amdal memungkinkan produksi Blok Cepu meningkat dari 220 ribu barel per hari (bopd) menjadi 230 ribu bopd. "Sudah disetujui oleh KLHK, sehingga kami bisa optimalkan produksi Lapangan Banyu Urip Blok Cepu,” kata Dwi April tahun lalu.
Namun, berdasarkan paparan SKK Migas kuartal III 2020, realisasi lifting minyak siap jual Blok Cepu hanya sebesar 215.202 bopd. Capaian ini 97,8% dari target APBN yang sebesar 220 ribu bopd dan 103,1% dari target WP&B sebesar 208.650 bopd.
SKK Migas telah menetapkan program kerja dan anggaran (WP&B) untuk 2021. Angka investasinya dipatok sebesar US$ 12,3 miliar (sekitar Rp 174 triliun) dan biaya penggantian produksi atau cost recovery di angka US$ 8,34 miliar (sekitar Rp 118 triliun).
Asumsinya, harga minyak mentah Indonesia atau ICP sebesar US$ 45 per barel dan penerimaan negara mencapai US$ 8,09 miliar. Angka ini berada di atas target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2021 yang hanya mematok penerimaan di US$ 7,28 miliar.
SKK Migas juga akan mengawal agar realisasi produksi siap jual atau lifting migas tidak jeblok. Untuk minyak, targetnya di atas 705 ribu barel per hari (BOPD). Angkanya serupa dengan patokan 2020.
Lalu, lifting gas sebesar 5.638 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Target ini sedikit naik dibandingkan tahun ini yang sebesar 5.556 juta standar kaki kubik per hari.