PLN pada tahun ini akan menambah kapasitas pembangkit listrik di Jawa, Madura, dan Bali alias Jamali. Penambahannya mencapai 2.500 hingga 3 ribu megawatt (MW).
Direktur Regional PLN Bagian Jawa Madura dan Bali, Haryanto WS mengatakan pada tahun depan kapasitasnya bakal bertambah lagi sekitar 4 ribu hingga 5 ribu megawatt.
Kondisinya bakal kelebihan pasokan karena konsumsi listrik masih belum membaik di tengah pandemi Covid-19. “Justru akan cenderung over supply. Nah, ini pekerjaan rumah kami untuk meningkatkan permintaannya,” kata Haryanto dalam Webinar Efisiensi Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero), Selasa (23/2).
Kapasitas pembangkit yang beroperasi di Jamali secara total mencapai 40,1 ribu megawatt. Sedangkan, konsumsi listrik nasional mayoritas atau sebesar 70% berasal dari kawasan ini.
Industri Didorong Tak Lagi Pakai Pembangkit Listrik Mandiri
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mendorong industri yang memiliki pembangkit listrik agar beralih menggunakan listrik PLN. Langkah ini sebagai upaya menggenjot serapan listrik yang masih lesu akibat pandemi corona.
Ia mengklaim pasokan listrik PLN dapat diandalkan untuk industri. "Listrik kami sekarang sudah andal karena ada cadangannya," ujar dia beberapa waktu lalu.
Kondisi PLN saat ini berbeda dengan 2015 ketika mengalami defisit listrik. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sudah melihat hal tersebut. Ia pun mengirimkan surat ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif pada 18 September lalu.
Dalam surat tersebut, Erick meminta Arifin memperhatikan kondisi PLN, baik secara operasional maupun keuangan, karena terdampak pandemi Covid-19. Caranya, dengan mendorong pelaku usaha memakai listrik yang disediakan PLN dan membatasi pemberian izin usaha penyediaan listrik dan captive power.
Menurunnya konsumsi listrik membuat penjualan listrik PLN merosot di tengah pandemi Covid-19. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat akibat pandemi membuat industri dan bisnis mengurangi aktivitas usahanya. "Pertumbuhan konsumsinya hanya 0,61%. Padahal, angka normalnya di 4,5%," kata dia pada 15 Oktober lalu.
Hingga September 2020, penjualan listrik tercatat sebesar 179,82 terawatt hour (TWh) dibanding 178,72 terawatt hour per akhir September 2019. Konsumsi pelanggan bisnis komersial terkoreksi dari 32,55 terawatt hour di Januari hingga September 2019 menjadi 30,10 terawatt hour pada periode yang sama tahun 2020.
Untuk konsumsi listrik pelanggan industri turun dari 54,9 terawatt hour menjadi 52,45 terawatt hour. Namun, sebaliknya konsumsi listrik pelanggan rumah tangga justru mengalami kenaikan karena kebijakan pemerintah yang mengharuskan masyarakat beraktivitas di rumah.