PT Timah Dorong Anak Usaha Produksi Batu Bara hingga 750 ribu Ton

ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Sabtu (13/6/2020).
Editor: Yuliawati
7/4/2021, 09.20 WIB

PT Timah Tbk akan mendorong kinerja anak usaha dalam memproduksi batu bara untuk memperbaiki kinerja keuangan. Produksi batu bara akan mengandalkan PT Tanjung Alam Jaya yang memiliki potensi memproduksi 500 ribu hingga 750 ribu ton pada 2021.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah Wibisono mengatakan jenis batu bara yang dikelola di tambang yang berlokasi di Kalimantan Selatan tersebut memiliki kalori tinggi yakni 6200 kcal per kilogram GAR. "Harapan dengan adanya penopang di anak perusahaan batu bara, maupun di timah untuk memberikan kontribusi positif tahun 2021," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (6/4).

Produksi batubara Tanjung Alam Jaya ini meningkat 4% menjadi 105.912 metrik ton pada 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi yang meningkat mendorong penjualan batu bara Tanjung Alam melonjak mencapai 218,37% menjadi 148.587 metrik ton pada tahun lalu. Total penjualan batu bara sepanjang 2020 ini tumbuh 213% menjadi Rp 122,07 miliar.

Berbeda dengan batu bara, produksi bijih timah pada 2020 turun 51,79% dibanding tahun sebelumnya atau mencapai 39.757 ton. Turunnya produksi membuat penjualan logam timah sepanjang 2020 sebesar 55.782 ton atau turun 17,61% dari tahun sebelumnya sebesar 67.704 ton.



Merosotnya penjualan timah ini membuat pendapatan perusahaan secara keseluruhan turun 21,33% dari tahun sebelumnya atau mencapai Rp 15,22 triliun.

Selain menggenjot produksi batu bara, perusahaan juga berusaha meningkatkan produksi timah dengan meningkatkan eksplorasi di beberapa kawasan seperti Bangka Belitung dan Kepulauan Riau.

Produksi dari PT Timah ini berkontribusi 16,28% dari total konsumsi timah dunia. Berdasarkan lokasi tujuan ekspor, Asia menempati posisi teratas 68%, disusul Eropa 17%, Amerika 14%, sedangkan konsumsi domestik hanya berkontribusi 2%.

Reporter: Verda Nano Setiawan