SKK Migas menyampaikan bahwa prioritas utama alih kelola Blok Rokan saat ini yakni menjaga tingkat level produksi. Karena itu, ada beberapa opsi pengambilalihan pembangkit listrik di Blok Rokan yang dipertimbangkan agar kebutuhan listrik dan uap untuk produksi tetap terjaga.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menyatakan, beberapa opsi tersebut di antaranya mirroring contract atau melanjutkan kontrak yang sudah ada, membentuk konsorsium dengan operator lama, dan meminta Chevron mengembalikan pembangkit listrik itu kepada negara.

Setelah dikembalikan kepada negara, pembangkit listrik berteknologi cogeneration (cogen) itu akan dialihkan kepada PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) atau badan usaha milik daerah.

Hal ini karena selama beroperasi pembangkit di Blok Rokan berada di atas tanah negara dan tidak pernah membayar biaya sewa sesuai dokumen yang telah disepakati. Sebagai gantinya pihak ketiga yang membangun pembangkit tersebut mengeluarkan dananya tanpa uang negara.

"Kalau sudah ada keuntungan dihibahkan saja ke negara, tapi dulu ada MoU nya jadi agak susah juga kita," kata Fatar dalam webinar Pengaman Aset Negara dan Keberlanjutan Pasokan Listrik di Blok Rokan, Kamis (8/4).

Namun terlepas dari itu semua, SKK Migas tetap memprioritaskan produksi di Blok Rokan. Sehingga persoalan pembangkit listrik dapat berjalan secara paralel dengan opsi-opsi tersebut. "Artinya kalau tidak ada yang ambil kita mirroring saja, tapi paling tidak barang ini ada operatornya," kata dia.

Selain itu, Fatar juga membeberkan beberapa perkembangan terbaru mengenai status alih kelola Blok Rokan per Maret 2021. Menurut dia untuk progres migrasi data teknis dan operasional telah mencapai 80% dan sudah diserahkan ke Pusdatin pada akhir Februari.

Sementara, untuk target pengeboran sumur realisasinya mencapai 28 sumur dari target 192 sumur. Sementara untuk sumur workover sudah terealisasi sebanyak 3 sumur dari target 10 sumur. Sedangkan realisasi kegiatan well services mencapai 2.474 dari target 6.819.

Fatar mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan dua lokasi sumur untuk PHR untuk memastikan kesinambungan operasi. Kemudian berkaitan dengan transfer data Chemical EOR, progresnya telah mencapai 50 persen.

PHR dan CPI bekerja sama dalam percepatan data transfer, model conversion, me resolve issue surfactant, reinstatement SFT-2 facility.

Reporter: Verda Nano Setiawan