Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal melakukan market sounding alias penjajakan minat pasar ke beberapa negara pada tahun ini untuk mengebut pengerjaan proyek smelter. Khususnya untuk proyek smelter yang saat ini dalam proses pembangunan.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto mengatakan negara sasaran market sounding yaitu Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa dan Asia. Langkah ini guna mempercepat terealisasinya pembangunan smelter.
"Perusahaan menyusun info memo ditawarkan pada forum pertambangan internasional," ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (16/4).
Menurut Sugeng ada beberapa proyek smelter yang nantinya akan ditawarkan. Bahkan salah satu proyek smelter telah mendapatkan dukungan pendanaan dari perbankan dalam negeri.
Meski demikian, Sugeng tak memerinci secara detail mengenai proyek yang telah mendapatkan pendanaan tersebut. Adapun untuk nilai investasi tiap smelter bervariatif. "Beda-beda. Variabelnya sangat banyak," ujarnya.
Ada beberapa tahap yang akan dilakukan untuk merealisasikan pembangunan smelter ini. Pertama, pertemuan antara perusahaan yang memiliki proyek smelter dengan penyedia energi untuk memastikan ketersediaan listrik.
Kedua, menjalin kerja sama dengan MKU Services LLC di Houston, Amerika Serikat (AS) untuk market sounding mencari investor. Selain itu, pihaknya juga bakal berkoordinasi dengan Menko Perekonomian untuk mengusulkan agar smelter menjadi proyek strategis nasional. "Ketiga, tahun ini eksekusi market sounding," ujarnya.
Di samping itu, Kementerian ESDM juga memberikan dukungan dari sisi regulasi. Salah satunya melalui Permen ESDM Nomor 17 Tahun 2020, perusahaan smelter dapat melakukan perubahan kurva S rencana pembangunan fasilitas smelter hingga 2023. "Tapi diharapkan tahun 2023 tetap bisa selesai," katanya.
Adapun hingga akhir 2020, jumlah smelter yang telah beroperasi mencapai 19 unit. Pembangunan smelter ditargetkan terus meningkat hingga 53 unit di tahun 2023. Kementerian ESDM menargetkan membangun 30 smelter nikel hingga 2024.
Rinciannya, telah terdapat 13 smelter nikel yang sudah dibangun dan 17 smelter nikel masih dalam rencana. Total investasi dari pembangunan smelter nikel ini mencapai US$ 8 miliar. Hingga semester I 2020, telah terealisasikan US$ 6,3 miliar investasi smelter nikel.
Tidak hanya nikel, terdapat total target 53 total tambang smelter akan dibangun hingga 2024. Rinciannya, 19 telah direalisasikan dan 34 baru tahap rencana. Berdasarkan perusahaan, target hingga 2024 ini terdiri dari 11 smelter bauksit, 4 besi, 4 tembaga, 2 mangan, serta 2 timbal dan seng.
Simak databoks berikut ini: