Geliat Industri Manufaktur Picu Kenaikan Impor Solar Industri HSD

ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGROHO
Pekerja merakit mesin mobil di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019).
21/4/2021, 09.11 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor BBM atau bahan bakar minyak jenis diesel naik dari 214.168 ton pada Februari menjadi 346.947 ton bulan lalu. Ekonom menilai, kenaikan terjadi karena industri manufaktur mulai menggeliat di tengah pandemi corona.

Peningkatan terutama terjadi pada jenis solar industri atau high speed diesel (HSD). Impor solar jenis ini naik 83,82% dari 154,28 ribu ton menjadi 283,59 ribu ton.

Dari segi nilai, impor diesel meningkat dari US$ 99,06 juta menjadi US$ 185,03 juta. Sedangkan solar jenis HSD naik dari US$ 76,42 juta menjadi US$ 151,72 juta.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, peningkatan itu sejalan dengan geliat di industri manufaktur. Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia mencapai 53,2 pada Maret. PMI di atas 50 menunjukkan industri bergerak ke arah ekspansif.

Hal itu mendorong kenaikan impor solar HSD. “Produktivitas meningkat, sehingga membutuhkan bahan bakar yang lebih besar. Maka, impor besar," ujar Bhima kepada Katadata.co.id, Rabu malam (20/4).

Kendati begitu, nilai ekspor industri pengolahan pada Maret juga melonjak 33,45% secara tahunan (year on year/yoy) dan 22,27% dibandingkan Februari (month to month/mtm) menjadi US$ 14,84 miliar atau Rp 216,1 triliun. Manufaktur pun menjadi penyumbang terbesar ekspor nasional.

Selain manufaktur, peningkatan impor solar HSD didorong oleh kinerja di sektor pertambangan. Ini karena harga komoditas emas hitam meningkat.

Lalu, sektor perkebunan kelapa sawit juga membutuhkan solar jenis tersebut. "Jadi booming komoditas dan manufaktur ini yang membuat impor HSD meningkat. Sejauh ini relasinya begitu," kata Bhima.

Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak menilai, kenaikan bahan bakar jenis diesel sejalan dengan perekonomian yang mulai bergerak. Ini mendorong konsumsi BBM.

"Hal ini terlihat di jalan. Begitu banyak kendaraan termasuk kontainer. Selama Januari sampai Maret memang terjadi peningkatan konsumsi BBM," kata Alfon.

Sedangkan Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Putut Andrianto menjelaskan, konsumsi diesel hanya 38.161 kilo liter per hari pada kuartal pertama. Jumlahnya menurun dibandingkan periode sama tahun lalu 40.822 kilo liter per hari.

Selain itu, ia menyatakan bahwa Pertamina hanya mengimpor solar jenis tersebut dengan jumlah kecil. "Kami tidak impor solar atau HSD. Kami impor solar hanya untuk keperluan industri khusus dan jumlahnya sangat kecil," ujar Patra.

Reporter: Verda Nano Setiawan