PLN akan Fokus Pada Pembangkit EBT Setelah Proyek 35.000 MW Rampung

PLN
PLN akan fokus pada pembangkit listrik EBT setelah proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) tuntas.
7/5/2021, 14.10 WIB

PLN menyatakan komitmennya terhadap pembangunan pembangkit listrik dari energi baru terbarukan (EBT). Namun dengan catatan mega proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) selesai terlebih dahulu.

Pasalnya, hingga akhir 2019, mega proyek pembangkit listrik tersebut secara perencanaan dan kontrak telah mencapai 95%. Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan dari program 35 ribu MW yang saat ini masih dalam proses pembangunan, setidaknya 2.000 MW berasal dari pembangkit EBT.

Sedangkan 3.000 MW dari proyek tersebut berasal dari pembangkit non EBT. Untuk itu, setelah program pembangunan mega proyek ini selesai, maka penambahan energi listrik oleh PLN yang akan datang hanya akan bertumpu pada pembangkit EBT.

"Jadi komitmen PLN adalah setelah 35 ribu MW selesai. Kami akan menambahkan sistem kelistrikan Indonesia hanya EBT," ujar Zulkifli dalam Media Briefing terkait Program Co-Firing dan Konversi EBT, Jumat (7/5).

Menurutnya seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, tarif listrik dari pembangkit EBT pun semakin murah. Tarif listrik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), misalnya, sebelumnya di di atas US$ 10 sen per kWh saat ini telah turun menjadi US$ 5 sen per kWh.

Meski demikian, dia mengingatkan jika sifat sumber energi PLTS adalah intermitten, alias tidak tersedia terus-menerus selama 24 jam. Sehingga dibutuhkan baterai serta pembangkit lain sebagai base load atau pendukung.

"Jadi ke depan PLTS plus baterai itu merupakan sebuah solusi. Tetapi PLTS saja akan sulit karena dia empat jam sehari. PLTS ditambah baterai dan PLTS ditambah base load," ujarnya.

Oleh sebab itu, dia berjanji untuk memenuhi kelistrikan di Indonesia menggunakan sumber EBT setelah program 35 ribu MW selesai. Apalagi PLN memproyeksikan kebutuhan listrik pada 2050 mendatang bisa mencapai 1.100 Terra Watt hour (TWh).

Angka tersebut naik tiga kali lipat dibandingkan kebutuhan listrik di tahun ini yang hanya 300 TWh. Sementara perusahaan setrum pelat merah ini memproyeksikan kebutuhan listrik di 2060 dengan pertumbuhan listrik 4,7% per tahun maka kebutuhannya mencapai 1.800 TWh.

Artinya antara tahun ini dan 2060, Indoensia membutuhkan 1.500 TWh listrik yang harus dipenuhi dari pembangkit EBT. "Jadi potensi EBT di Indonesia luar biasa. Dari 300 TWh per tahun menjadi 1.800 TWh pada 2060 atau 2050 sebesar 1.100 Twh," kata dia.

Reporter: Verda Nano Setiawan