Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) menyebutkan bahwa kelanjutan pembangunan proyek pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem) hingga kini masih menantikan komitmen PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR).
BPH Migas menetapkan anak usaha Grup Bakrie tersebut sebagai pemenang kedua lelang proyek pipa gas Cisem. Namun sejauh ini BNBR belum melengkapi sejumlah persyaratan dalam proyek tersebut seperti feasibility study, front-end engineering design (FEED), serta gas transportation agreement (GTA) dengan shipper.
"Jadi kita tunggu dulu apakah BNRB sanggup penuhi persyaratan tersebut hingga 15 Juni mendatang," kata Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogio kepada Katadata.co.id, Jumat (21/5).
Namun di tengah penantian tersebut, Pertamina memberikan sinyal kesiapan untuk terlibat dalam proyek ini. Mugi pun mengatakan bahwa jika ternyata BNBR nantinya tak sanggup memenuhi berbagai persyaratan proyek, maka proyek ini akan ditawarkan kepada Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai calon pemenang ketiga lelang.
PGN saat ini posisinya sebagai subholding gas dan bagian dari holding migas Pertamina. Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal pun berharap pemerintah dapat memberikan dukungannya kepada Pertamina.
Menurut dia pemerintah dapat menugaskan Pertamina dalam proyek ini. Namun dengan catatan pembiayaannya menggunakan APBN. Pasalnya dari beberapa analisis berbagai pihak, proyek pipa gas Cisem tidak masuk skala keekonomian.
"Kemungkinan butuh peran pemerintah juga. Keuangan Pertamina pun terbatas, apalagi harus menanggung beban proyek yang tidak ekonomis ini sendiri," kata Moshe.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati sebelumnya mengatakan pembangunan infrastruktur gas merupakan hal yang sangat penting. Namun guna merealisasikan itu semua tidaklah mudah dan penuh tantangan.
Pertamina sendiri saat ini tengah mempersiapkan diri untuk mendistribusikan gas bumi di wilayah Indonesia tengah dan timur secara masif melalui virtual pipeline. Pasalnya, selama ini belum ada swasta yang tertarik untuk membangun proyek infrastruktur seperti pipa transmisi lantaran perhitungan keekonomian.
Dalam kondisi tersebut pada umumnya perusahaan-perusahaan BUMN sebagai perpanjangan tangan pemerintah lah yang bakal masuk pada proyek yang tidak diminati oleh swasta. Salah satunya yakni proyek Cisem.
"Pipa gas Cisem bertahun-tahun gak jadi karena gak ada captive market, oleh karena itu masuklah BUMN. Jadi di bisnis yang secara keekonomian masih belum profitable ini dibangun oleh BUMN," kata Nicke beberapa waktu lalu.
Untuk diketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif akhirnya mengambil alih proyek pipa gas Cisem. Hal itu diketahui berdasarkan surat yang yang ditujukan untuk BPH Migas.
Dalam surat bernomor T-133/MG.04/MEM.M/2021 tertanggal 1 April 2021 yang diterima Katadata.co.id, Menteri ESDM diketahui meminta agar proyek pipa gas Cisem digarap dengan dana APBN.
Pasalnya Arifin menilai penetapan BNBR sebagai pemenang lelang urutan dengan syarat dan ketentuan keekonomian yang sama pada saat lelang 2006 berpotensi membuat proyek tidak akan terlaksana.
Ini karena volume pasokan dan kebutuhan gas yang disyaratkan keekonomian proyek tidak dapat dipenuhi. Kedua, terjadinya gagal bangun dalam hal tidak terdapat penyesuaian syarat dan ketentuan (terms and conditions) sesuai dengan kondisi saat ini.
Selain itu, keputusan ini juga untuk mendukung pelaksanaan Perpres Nomor 79 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Kendal-Semarang-Salatiga-Demak-Grobogan, Kawasan Purworejo-Wonosobo-Magelang-Temanggung, serta Kawasan Brebes-Tegal-Pemalang.