Lakukan Efisiensi, Laba PLN 2020 Melonjak 39% Jadi Rp 5,9 Triliun

ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Petugas PLN Jayapura menata peralatan setelah memperbaiki listrik di sepanjang ruas jalan pantai Hamadi, Kota Jayapura, Papua, Kamis (7/1/2021).
25/5/2021, 11.29 WIB

PLN berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,95 triliun sepanjang 2020. Perolehan laba ini naik Rp 1,68 triliun atau 39% dibandingkan laba tahun 2019 yang sebesar Rp 4,27 triliun. Lonjakan laba bersih ini terjadi di tengah turunnya pendapatan.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perusahaan melalui keterbukaan informasi, pendapatan usaha perusahaan setrum pelat merah ini dalam setahun anjlok Rp 14,19 triliun atau 3,95% dari Rp 359,6 triliun pada 2019 menjadi Rp 345,41 triliun.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan kenaikan laba ini berkat adanya efisiensi di tengah pandemi Covid-19. Terutama di sisi teknis dan operasional serta inovasi-inovasi melalui Program Transformasi PLN yang dijalankan sejak April 2020.

“Pencapaian ini merupakan hasil dari Transformasi PLN, yang berfokus pada peningkatan pendapatan dan menurunkan biaya pokok penyediaan, serta peningkatan layanan," ujar Zulkifli pada keterangan tertulis, Senin malam (24/5).

Menurutnya laba bersih PLN 2020 bisa bertambah sebesar Rp 13,6 triliun, jika tidak mempertimbangkan pencatatan unrealized loss selisih kurs sebesar Rp 7,7 triliun, serta tambahan pengakuan pendapatan dari penyambungan pelanggan sebesar Rp 5,9 triliun, jika pencatatannya belum menerapkan PSAK 72.

Program Transformasi yang berjalan sejak tahun lalu telah memperkuat daya tahan PLN di situasi pandemi, bahkan dapat membukukan peningkatan laba bersihnya. Meskipun sebagian besar bisnis tengah menghadapi pandemi Covid-19 yang juga menyebabkan perekonomian nasional menurun.

Adapun pendapatan terdiri dari pendapatan penjualan tenaga listrik mencapai Rp 274,9 triliun, turun Rp 1,16 triliun (0,42%) dibanding setahun sebelumnya sebesar Rp 276,06 triliun. Termasuk didalamnya subsidi stimulus Covid-19 sebesar Rp 13,8 triliun untuk membantu 33 juta pelanggan.

Selain itu terdapat pendapatan subsidi sebesar Rp 48,0 triliun yang menjangkau 37 juta pelanggan dan kompensasi Rp 17,9 triliun untuk 42 juta pelanggan.

Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan pelayanan kepada pelanggan, PLN juga mengembangkan lini usaha di luar kelistrikan dan melakukan optimalisasi aset PLN antara lain membangun layanan internet dan infrastruktur kendaraan listrik. Kemudahan layanan dilakukan melalui Super Apps PLN Mobile.

Selain upaya efisiensi, PLN juga meningkatkan pengelolaan berbasis good corporate governance (GCG), pengendalian likuiditas yang ketat, memperkuat pengelolaan manajemen risiko, dan pengelolaan keuangan yang prudent.

“Di sisi pengelolaan keuangan, PLN juga membangun 'cash war room' yang dikelola secara prudent dan dimonitor secara harian, manajemen sistem informasi yang terintegrasi, dan sistem pengadaan yang sebagian besar terdigitalisasi,” kata Zulkifli.

Dengan seluruh langkah efisiensi dan penghematan ini, sepanjang tahun 2020, PLN mampu menurunkan beban usaha sebesar Rp 14,4 triliun, dari Rp 315,4 triliun pada 2019, menjadi hanya sebesar Rp 301,0 triliun pada 2020.

Laba sebelum pajak pada 2020 tercatat sebesar Rp 12,29 triliun, turun hingga Rp 13,82 triliun atau 52,94% dibandingkan periode setahun sebelumnya sebesar Rp 26,11 triliun. Namun, laba bersih masih mengalami peningkatan berkat beban pajak yang turun signifikan dari Rp 21,79 triliun menjadi hanya Rp 6,29 triliun, atau turun turun Rp 15,5 triliun (71,11%).

Adapun total aset tercatat Rp 1.589 triliun, naik sekitar Rp 4 triliun dibandingkan 2019 sebesar Rp 1.585 triliun. Aset tersebut mayoritas masih berasal dari aset tidak lancar Rp 1.491 triliun yang naik Rp 58 triliun dari Rp 1.433 triliun. Sementara, aset lancar turun Rp 54,21 triliun menjadi Rp 97,15 triliun dari Rp 151,36 triliun.

Sementara, total liabilitas pada 2020 senilai Rp 649,24 triliun atau mengalami penurunan dari Rp 655,67 triliun. Jumlah liabilitas jangka panjang Rp 499,58 triliun sedangkan liabilitas jangka pendek senilai Rp 149,65 triliun.

Reporter: Verda Nano Setiawan, Ihya Ulum Aldin