Goldman Sachs Ramal Harga Minyak Naik Menembus US$ 80 pada Kuartal IV

KATADATA
Ilustrasi kilang minyak.
Penulis: Happy Fajrian
25/5/2021, 14.14 WIB

Goldman Sachs memperkirakan harga minyak mentah dunia akan naik ke level US$ 80 per barel pada kuartal IV tahun ini. Menurut bank investasi terkemuka dunia ini, pasar telah meremehkan pulihnya permintaan, bahkan dengan kemungkinan dicabutnya sanksi ekspor minyak Iran.

Presiden Iran Hassan Rouhani pekan lalu mengatakan bahwa negara-negara adidaya di dunia, termasuk Amerika Serikat (AS) siap untuk mencabut sanksi pada minyak, perbankan, dan sektor logistik negaranya.

Potensi ekspor minyak dari Iran langsung menekan harga minyak mentah jenis Brent. Meski demikian Goldman Sachs meyakini pulihnya permintaan akan tetap mendongkrak harga meskipun ada tambahan pasokan minyak dunia dari dicabutnya sanksi Iran.

“Bahkan jika Iran kembali mengekspor minyaknya pada Juli, harga Brent tetap akan mencapai angka US$ 80 pada kuartal IV tahun ini,” tulis Goldman Sachs dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters pada Selasa (25/5).

Hal ini lantaran pasokan minyak bersifat tidak elastis. Sehingga pulihnya permintaan energi yang dipicu oleh terus berjalannya vaksinasi yang akan mengembalikan aktivitas perekonomian akan mendorong kenaikan harga minyak.

Goldman Sachs mengatakan pemulihan permintaan di pasar maju akan mengimbangi pukulan yang disebabkan virus corona baru-baru ini terhadap konsumsi dan kemungkinan pemulihan yang lebih lambat di Asia Selatan dan Amerika Latin.

Simak perkembangan harga minyak mentah dunia pada databoks berikut:

Permintaan global dapat meningkat 4,6 juta barel per hari (bph) hingga akhir tahun, dengan sebagian besar kenaikan kemungkinan terjadi dalam 3 bulan ke depan.

"Mobilitas meningkat pesat di AS dan Eropa, karena vaksinasi dipercepat dan penguncian wilayah (lockdown) dicabut, dengan pengiriman dan aktivitas industri juga melonjak," tulis Goldman Sachs.

Organisasi Negara-negara Penghasil Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, atau lebih dikenal dengan OPEC+, pun diyakini bakal mengimbangi setiap peningkatan produksi minyak Iran dengan menghentikan peningkatan produksinya selama dua bulan pada paruh kedua tahun ini.

Ini akan membantu mengimbangi dampak bearish yang dirasakan di pasar fisik dari rilis penyimpanan mengambang Iran, sehingga akan menopang harga.