SKK Migas tengah mencari pengganti produksi gas yang berkurang pasca-kegagalan operasional produksi yang tidak direncanakan atau unplanned shutdown beberapa peralatan milik Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan beberapa KKKS telah mengalami unplanned shutdown yang berimbas cukup signifikan pada produksi. Meski demikian ia tak merinci seberapa besar produksi gas yang berkurang akibat dari gangguan tersebut.
"Masih sedang fluktuasi, masih sedang dihitung dan dicarikan bagaimana cara menutupinya," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (25/5).
Oleh sebab itu, SKK Migas mengusahakan agar pemulihan dapat dilakukan secepat mungkin oleh para KKKS mengingat gangguan produksi ini akan berpengaruh besar pada capaian lifting migas.
Menurut Julius dari beberapa KKKS yang telah mengalami gangguan operasional. Setidaknya ada dua yang telah mulai beroperasi kembali secara normal. Beberapa diantaranya seperti BP di Kilang Tangguh Train II dan Medco E&P Natuna di fasilitas produksi gasnya.
SKK Migas pun saat ini tengah mengupayakan pemulihan secara cepat pada fasilitas produksi milik KKKS yang masih belum beroperasi. Misalnya seperti milik ConocoPhillips dan Kilang LNG Bontang yang dikelola Pertamina. "Yang besar ConocoPhillips dan Bontang. Yang kecil-kecil ada beberapa seperti di ONWJ," kata dia.
Untuk ConocoPhillips, proses pemulihan saat ini telah mencapai sekitar 85-90%. Pekan ini SKK Migas menargetkan untuk dapat melakukan alternatif dengan injeksi H2S Scavenger, sehingga dapat 100% menyalurkan gas sesuai dengan permintaan.
Vice President Commercial and Business Development ConocoPhillips Taufik Ahmad mengungkapkan pihaknya terus melakukan upaya secara paralel. Yakni perbaikan permanen serta mitigasi temporer hingga perbaikan permanennya selesai.
Pasalnya, unplanned shutdown membuat produksi dari Blok Corridor turun cukup signifikan. Meski begitu ia tak membeberkan secara rinci mengenai jumlah produksi yang berkurang. "Ada komponen di gas plant di Suban yang rusak. Dampaknya, kapasitas produksi berkurang sebagian," kata dia.
Untuk diketahui, realisasi produksi migas pada kuartal pertama tahun ini masih belum mencapai target. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan penyebabnya turunnya investasi migas sepanjang tahun lalu imbas pandemi Covid-19.
"Permasalahan produksi lifting di kuartal I karena pada 2020 kegiatan jauh menurun imbas pandemi dan penurunan investasi," ujarnya.
Adapun realisasi lifting minyak per Maret 2021 baru mencapai 676,2 ribu barel per hari (BOPD) atau 96% dari target 705 ribu BOPD. Sedangkan untuk gas, realisasinya mencapai 5.539 juta standar kubik per hari (MMSCFD) atau 98,2% dari target 5.638 MMSCFD.
Faktor penyebab lainnya yaitu turunnya produksi beberapa lapangan minyak karena isu kenaikan water cut. Salah satunya yakni lapangan Banyu Urip Blok Cepu yang merupakan penyumbang lifting minyak terbesar nasional saat ini.
Kemudian ada juga isu integritas fasilitas (facility integrity), mundurnya kontribusi bor beberapa sumur seperti di PHKT dan Minarak Brantas, serta unplanned shutdown pada kuartal pertama tahun ini.