Pelaku usaha jasa pengeboran minyak dan gas bumi (migas) menilai target produksi minyak satu juta barel per hari pada 2030 sulit tercapai tanpa program pengeboran yang mendetail setiap tahunnya.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pemboran Minyak, Gas dan Panas Bumi Indonesia (APMI) Wargono Soenarko mengatakan, SKK Migas perlu membuat rencana detail tersebut. Apalagi target satu juta barel minyak hanya menyisakan waktu 9 tahun.
"Harusnya buat rencana detail tahun per tahun, target per tahun demi tahun dan siapa PIC. Tiap tahap tersebut dimonitor oleh menteri-menteri bersangkutan," ujar Wargono kepada Katadata.co.id, Senin (5/7).
Pasalnya harga minyak mentah saat ini terus naik. Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP), misalnya, pada Juni 2021 telah menembus US$ 70 per barel, tepatnya US$ 70,23 naik US$ 4,74 dibandingkan bulan sebelumnya di level US$ 65,49.
Wargono menilai pemerintah perlu mengatur kontrak kerja untuk lapangan yang sudah siap bor. Kemudian memberikan otoritas kepada anggota APMI untuk mengajukan rig yang sudah siap kerja.
Dalam keadaan tersebut, Wargono menilai Aturan Pedoman Tata Kerja (PTK) 007 sebaiknya jangan kaku. Selain itu perlu pengawasan KKKS dalam menentukan spek peralatan yang dibutuhkan, dan ketepatan serta kecepatan antara pengumuman pemenang tender dan waktu tajak sumur.
Dia pun memastikan ketersediaan rig pengeboran di dalam negeri sejauh ini mencukupi. Pasalnya pihaknya telah bekerja sama dengan SKK Migas dengan membuat data base progresif.
"Artinya data diisi oleh pemilik rig dan diedit sendiri. Kalau semua jujur mengisi data itu, saya rasa cukup untuk kebutuhan Indonesia. Kapasitas bisa bertambah kalau sesama anggota berkolaborasi," katanya.
Di samping itu, target pengeboran migas sebenarnya juga tergantung dari kesiapan KKKS, baik dari sisi lapangan atau ketersediaan dana. Menurut dia APMI siap mengerjakan semua program pengeboran untuk mencapai target satu juta barel, asalkan tarif harian operasi (THO) sesuai.
Seperti diketahui, realisasi lifting minyak per Maret 2021 baru mencapai 676,2 ribu barel per hari (BOPD) atau 96% dari target 705 ribu BOPD. Untuk itu, dibutuhkan setidaknya penambahan produksi sebesar 350 ribu barel per hari agar target satu juta barel minyak pada 2030 terealisasi.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto sebelumnya menjelaskan jika dibutuhkan tambahan 350 ribu barel per hari pada 2030, maka kebutuhan rata rata produksi per tahun mencapai 40 ribu barel per hari.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi, kontribusi dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sangat diharapkan. Setidaknya saat ini terdapat 15 KKKS besar yang beroperasi di Indonesia memiliki produksi di atas lima ribu barel per hari dan lima KKKS dengan produksi skala kecil.
Artinya, jika ditotal terdapat 20 KKKS yang dapat berkontribusi dalam mendongkrak kenaikan produksi. "Kalau 40 ribu BPH dinaikkan per tahun dibagi 20 KKKS, maka 2 ribu barel per hari per KKKS per tahun saat ini," ujarnya.
Untuk itu, ia meminta SKK Migas dan KKKS untuk serius dalam menggenjot produksi minyak. Salah satunya dengan terus mengebor sumur pengembangan.
Apalagi saat ini tersedia 60 rig pengeboran yang siap digunakan. Menurut Djoko jika satu rig setidaknya bisa menghasilkan 30 barel per hari, maka tidak menutup kemungkinan target itu tercapai.
Selain itu, perlu juga menggenjot peningkatan produksi dari sumur tua. Kemudian menertibkan pengeboran ilegal, dan mengimplementasikan teknologi EOR.
"Banyak cara ini, bisa optimis kalau serius laksanakan itu semua faktanya sekarang 650 ribu barel per hari, kalau gak laksanakan (strategi itu) benar mimpi (satu juta barel), kalau dilaksanakan bisa tercapai," ujarnya.