SKK Migas mengevaluasi sejumlah rencana pengembangan (plan of development/POD) lapangan atau blok migas untuk dapat segera berproduksi. Hal tersebut seiring dengan naiknya harga minyak mentah yang diharapkan dapat membuat proyek migas menjadi ekonomis.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan beberapa POD mangkrak, kemudian proyek yang ditangguhkan dan yang dibatalkan merupakan pekerjaan rumah yang cukup berat karena berbagai masalah. Seperti kondisi internal keuangan dari KKKS yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan proyek dan sebagainya.
Banyak proyek yang saat ini tengah dikaji ulang oleh SKK Migas untuk dapat dilanjutkan mengingat asumsi-asumsi yang digunakan pada waktu persetujuan POD dapat berubah secara signifikan. Sehingga keekonomiannya dapat dievaluasi.
Meski demikian Julius tak memerinci secara detail proyek mana saja yang akan dilanjutkan. "Saya tidak hafal jumlahnya. Tapi sekitar belasan dan masih di-review ulang dengan pertimbangan komersialisasinya," ujar Julius kepada Katadata.co.id, Selasa (13/7).
Adapun guna dapat merealisasikan proyek tersebut, Julius berharap agar ada pemberian insentif tambahan. Pasalnya setiap lapangan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Simak kinerja lifting migas pada databoks berikut:
Sebelumnya SKK Migas telah menyampaikan akan lebih cepat merampungkan rencana pengembangan lapangan migas yang masih mangkrak hingga menjadi lapangan berproduksi. Ini sebagai upaya untuk meningkatkan produksi migas nasional. Beberapa diantaranya seperti Blok Bulu dan Lapangan Ande Ande Lumut.
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan bahwa KrisEnergy selaku operator Blok Bulu tengah mengevaluasi pengembangan Lapangan Lengo di Blok Bulu. Terutama terkait pemrosesan gas, sehingga kadar CO2 dan N2 yang terdapat di lapangan tersebut dapat ditekan.
Adapun gas dari Blok Bulu ini rencananya akan dipasok untuk kebutuhan Kilang Pertamina Grass Root Refinery (GRR) Tuban. "Kadar Co2 dan N2 lumayan. Komersialisasi Co2 dan N2-nya lagi dipikirkan," kata dia.
Meski mengandung Co2 dan N2 yang cukup banyak, namun Arief memastikan pengembangan lapangan ini masih cukup ekonomis. Pasalnya volume gas yang ada di Lapangan Lengo mencapai 70 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).
Arief menyebut lapangan gas di blok ini awalnya ditargetkan beroperasi pada kuartal IV 2024 atau 2025. Namun karena proses pembangunan GGR Tuban diperkirakan molor ke tahun 2026, maka rencana onstream dari proyek tersebut juga ikut molor.