Pertamina Diminta Ganti Fasilitas Produksi Hulu Migas yang Sudah Tua

ANTARA FOTO/Muhamad Ibnu Chazar/aww.
Sejumlah warga mengumpulkan tumpahan minyak mentah milik Pertamina yang tercecer kembali di pesisir Pantai Cemarajaya, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Selasa (27/4/2021).
19/7/2021, 12.08 WIB

SKK Migas kembali buka suara mengenai insiden kebocoran pipa minyak yang beberapa tahun belakangan ini sering terjadi di wilayah kegiatan operasi anak usaha hulu Pertamina. Seperti di Pertamina Hulu Energi ONWJ (PHE ONWJ) dan Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES).

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan bahwa insiden kebocoran pipa minyak memang kerap terjadi di wilayah tersebut. Penyebabnya, fasilitas produksi yang digunakan Pertamina dalam menunjang operasinya sudah tak layak digunakan.

"Saya kira kita sudah maklum, karena di sana banyak sekali fasilitas produksi yang sudah berumur, dan memang banyak pekerjaan yang sifatnya hanya perbaikan dan tidak mengganti secara keseluruhan," ujar Julius dalam Jumpa Pers Kinerja Hulu Migas Semester I tahun 2021, Jumat (16/7).

Oleh karena itu, dua tahun terakhir ini pihaknya terus membicarakan kondisi tersebut dengan Pertamina. SKK Migas meminta agar Pertamina melakukan kalkulasi dan mengganti fasilitas yang sudah tua, supaya operasional produksi tidak kerap terganggu.

Adapun studi untuk penggantian fasilitas produksi di dua wilayah operasi tersebut telah mencapai final. Pertamina nantinya akan mengganti pipa jalur utama yang sudah tak layak digunakan.

"Karena kalau fasilitas tua ditambal sana tambal sini akan bocor terus menerus dan sekarang sudah kami putuskan untuk diganti dan skenario operasi Pertamina ONWJ dan OSES akan kami ubah," katanya.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu insiden tumpahan minyak di sekitar Blok ONWJ kembali terulang setelah terjadinya kebocoran pipa di fasilitas tersebut.

Beberapa pihak menilai insiden Pertamina lebih pada keteledoran dan perawatan yang kurang. Namun PHE ONWJ mengklaim telah melakukan perawatan berkala di area fasilitas produksinya.

Corporate Secretary Subholding Upstream Pertamina Whisnu Bahriansyah menjelaskan, pasca ditemukannya lokasi kebocoran minyak, PHE ONWJ langsung menutup aliran minyak serta mengisolasi area kebocoran, sehingga tumpahan minyaknya tidak meluas.

Selanjutnya PHE ONWJ memperbaiki kebocoran dengan memasang clamp, lalu memastikan pipa yang bocor sudah benar-benar tertutup dengan melakukan leak test yang dimonitor oleh remote operated vehicle (ROV) dan dipantau menggunakan kapal.

"PHE ONWJ melakukan perawatan aset secara berkala dan itu sudah menjadi bagian dari standard operating procedure (SOP) untuk memastikan fasilitas produksi tetap andal dan aman," kata Whisnu beberapa waktu lalu.

Menurutnya operasional industri hulu migas memiliki risiko tinggi. Oleh sebab itu perusahaan sangat memperhatikan pemeliharaan aset. Namun ada banyak faktor, baik yang dapat dikontrol maupun tidak, seperti faktor alam, yang menambah risiko tersebut.

Whisnu mengatakan PHE akan berupaya menekan risiko seminimal mungkin dengan menjalankan langkah langkah pemeliharaan aset, SDM yang memiliki kualifikasi, dan menjalankan operasi secara aman.

Reporter: Verda Nano Setiawan