Geliat Sektor Alat Berat Pertambangan Dipicu Tingginya Harga Batu Bara

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Alat berat beroperasional mengangkut batu bara di kawasan tambang.
21/7/2021, 19.25 WIB

Permintaan alat berat pada sektor pertambangan mulai menggeliat. Hal ini seiring dengan moncernya harga batu bara yang mendorong produsen untuk meningkatkan produksinya.

Ketua Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaluddin mengatakan produksi alat berat untuk sektor pertambangan pada tahun lalu mencapai 21% dari total produksi 3.247 unit. Sementara permintaan di tahun ini diperkirakan dapat mencapai 30% dari total produksi yang direncanakan sebesar 5000 unit.

"Ya tentunya ada kenaikan di alat berat di sektor tambang dengan adanya kenaikan harga batu bara," ujar dia kepada Katadata.co.id, Rabu (21/7).

Meski dari segi bisnis mulai menggeliat, namun tak dapat dipungkiri bahwa efek pandemi Covid-19 masih memberikan sejumlah tantangan pada sektor ini. Misalnya seperti hambatan material, tenaga kerja karena kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan hambatan logistik.

Seperti diketahui, beberapa produsen batu bara berniat untuk merevisi target produksi di tahun ini. Hal ini pun akan berdampak pada kegiatan jasa penunjang alat berat sektor tambang.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi salah satu perusahaan yang berniat untuk menambah target produksi di tahun ini. Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie mengatakan pihaknya berencana untuk menggenjot produksi hingga 30,7 juta ton tahun ini.

Menurut dia dengan kenaikan harga batu bara selama semester I-2020, maka kinerja keuangan perusahaan akan terdorong dengan peningkatan produksi. Apalagi kontribusi perusahaan dalam pencapaian target produksi nasional juga cukup besar.

"Sebagaimana disebutkan oleh Kementerian ESDM, PTBA termasuk dalam 10 besar produsen batu bara yang terdampak positif dari kenaikan harga batu bara," kata dia beberapa pekan lalu.

Sementara, General Manager Legal & External Affairs PT Arutmin Indonesia Ezra Sibarani mengatakan pihaknya juga berencana untuk meningkatkan produksi di tahun ini. Arutmin saat ini tengah tahap kajian operasional dan ekonomi.

"Kami akan sesuaikan dengan cadangan, peralatan dan permintaan pembeli juga," ujarnya. Adapun Arutmin berencana untuk meningkatkan tambahan produksi sekitar 5-6 juta ton dari target produksi tahun ini sebesar 21-22 juta ton.

Kementerian ESDM menetapkan harga batu bara acuan (HBA) Indonesia pada Juli 2021 sebesar US$ 115,35 per ton. Angka ini naik US$ 15,02 per ton dibandingkan Mei yang sebesar US$ 100,33 per ton. Simak databoks berikut:

Reporter: Verda Nano Setiawan