PT Pertamina berencana menggelontorkan investasi US$ 2 miliar atau setara Rp 28,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per dolar AS) untuk Blok Rokan hingga 2025. BUMN migas ini resmi mengambil alih Blok Rokan melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mulai hari ini (9/8) setelah dikelola PT Chevron Pacific Indonesia selama 50 tahun.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan pihaknya berkomitmen untuk melanjutkan apa yang sudah dikerjakan Chevron di Blok Rokan. Salah satunya, yakni melakukan kegiatan pengeboran sumur secara masif.
Hingga akhir tahun ini, menurut dia, PHR akan melakukan kegiatan pengeboran pada 161 sumur yang termasuk dalam komitmen CPI sebelumnya. PHR kemudian akan mengebor kembali sebanyak 500 sumur pada 2022.
"Pertamina sudah menetapkan anggaran lebih dari US$ 2 miliar hingga 2025," kata Nicke dalam diskusi virtual Alih Kelola Blok Rokan, Minggu (8/8).
Ia menjelaskan, Blok Rokan masih menyimpan potensi migas non konvensional yang dapat menunjang produksi. Oleh karena itu, ia berpesan kepada seluruh manajemen agar menjalankan upaya terbaik dalam pengelolaan Blok Rokan.
"Pertamina memiliki amanah, antara lain untuk mendukung program pemerintah mencapai target 1 juta barel pada 2030," ujarnya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, alih kelola Pengelolaan Blok Rokan dari Chevron ke Pertamina merupakan salah satu tonggak sejarah industri hulu migas di Indonesia. Pertamina diharapkan meneruskan dan mengembangkan keberhasilan Chevron mengelola Blok Rokan.
Arifin menjelaskan, alih kelola ini akan tetap membawa produksi Blok Rokan terus meningkat sesuai dengan kesepakatan bersama antara pemerintah dengan Pertamina. Tujuan tersebut, menurut dia, akan terealisasi jika PHR melakukan investasi pengeboran dengan massif.
Ia berharap agar PHR mampu meningkatkan produksi yang agresif untuk sisa tahun 2021 dan tahun selanjutnya. "Ini harus menjadi komitmen Pertamina, mengingat Blok Rokan merupakan salah satu blok terbesar di Indonesia yang bernilai strategis dalam target produksi 1 juta barel," ujarnya.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto bersyukur, proses alih kelola dapat berjalan dengan baik dan lancar. Ia pun berharap hal-hal yang dilakukan selama masa transisi menjadi modal awal bagi Pertamina untuk mengembangkan Blok Rokan.
"Secara khusus kami mengharapkan tim Pertamina yang telah menyiapkan pekerjanya untuk masuk, dapat segera memahami rumah barunya dan secepat mungkin beradaptasi," katanya.
Di sisi lain, menurut dia, kontrak baru Blok Rokan yang menganut sistem PSC Gross Split merupakan tantangan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. Oleh karena itu, Pertamina dituntut profesional mengelola Blok Rokan, salah satunya dengan meningkatkan investasi untuk dapat memaksimalkan produksi.