Konsumsi BBM Premium Turun, BPH Migas Lihat Faktor Peduli Lingkungan

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Kendaraan mengisi bahan bakar di salah satu SPBU kawasan Cikini, Jakarta, Senin (20/7/2020).
6/9/2021, 12.48 WIB

BPH Migas mencatat konsumsi BBM jenis Premium atau RON 88 dalam lima tahun terakhir ini terus menurun. Hingga Juli 2021, realisasi penyaluran BBM khusus penugasan ini baru mencapai 2,71 juta kiloliter (KL) atau 27,18% dari kuota tahun ini sebesar 10 juta KL.

Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman menilai penurunan konsumsi Premium lantaran kesadaran masyarakat akan isu lingkungan semakin tinggi. Kemudian, pemberian diskon melalui program langit biru Pertamina yang memberikan harga khusus BBM Pertalite juga turut berkontribusi.

"Kecenderungan masyarakat, terutama milenial saat ini lebih sadar energi lingkungan apalagi isu perubahan iklim dan net zero emissions," ujarnya dalam acara Energy Corner, Senin (6/9).

Dia pun berharap penggunaan BBM berkualitas tinggi semakin masif dan merata. Di samping itu, pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 20 Tahun 2017 tentang Penerapan Bahan Bakar Standar Euro 4, atau RON 91.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menilai banyak faktor yang menyebabkan konsumsi BBM premium terus menurun. Selain keberpihakan terhadap lingkungan, penurunan penggunaan premium terjadi bersamaan dengan turunnya harga minyak mentah dunia.

Sehingga jika dilihat di SPBU, disparitas premium dengan produk lain tidak terlalu tinggi. Sehingga masyarakat lebih memilih produk yang berkualitas lebih baik. "Kemudian program langit biru, Pertalite seharga Premium. Tentu orang pilih yang kualitas baik," katanya.

Meski demikian, Komaidi mengingatkan agar BPH Migas dapat mengantisipasi beberapa hal jika program seperti langit biru tidak ada lagi dan harga minyak dunia kembali naik. Pasalnya, berdasarkan analisisnya, ketika ekonomi pulih, maka masyarakat cenderung akan kembali memilih produk yang lebih murah.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan