Ikuti Korsel & Jepang, Cina Setop Biayai PLTU Batu Bara di Luar Negeri

ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Foto udara cerobong di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin di Desa Sijantang, Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, Kamis (17/10/2019).
22/9/2021, 15.10 WIB

Presiden Cina Xi Jinping memperkuat komitmen negaranya dalam melawan perubahan iklim dunia. Xi berjanji akan menghentikan pembangunan PLTU, yang berbahan bakar batu bara, baru di luar negeri. Meski demikian, orang nomor satu Negeri Panda ini tak memerinci bagaimana kebijakan tersebut nantinya diterapkan.

Komitmen baru ini disampaikan Xi saat berpidato di Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat, pada Selasa (21/9) malam waktu setempat.

"Cina akan meningkatkan dukungan untuk negara-negara berkembang lainnya dalam mengembangkan energi hijau dan rendah karbon, dan tidak akan membangun proyek pembangkit listrik tenaga batu bara baru di luar negeri," kata Xi dikutip dari Reuters, Rabu (22/9).

Langkah tersebut dapat secara signifikan membatasi pembiayaan pada proyek PLTU batu bara di negara berkembang. Cina sendiri telah berada di bawah tekanan diplomatik yang kuat untuk mengakhiri pembiayaan pada PLTU batu bara di luar negeri.

Pasalnya, hal tersebut diyakini dapat mempermudah dunia untuk tetap berada di jalur memenuhi komitmen tujuan perjanjian Paris untuk mengurangi emisi karbon. Pengumuman Cina mengikuti langkah serupa oleh Korea Selatan dan Jepang pada awal tahun ini.

Utusan Khusus Kepresidenan AS untuk Iklim John Kerry dengan cepat menyambut pengumuman Xi, menyebutnya sebagai kontribusi besar dan awal yang baik untuk upaya yang diperlukan guna mencapai kesuksesan pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Glasgow, Skotlandia.

"Kami telah berbicara dengan Cina selama beberapa waktu tentang hal ini. Dan saya benar-benar senang mendengar bahwa Presiden Xi telah membuat keputusan penting ini," kata Kerry.

President COP26 Alok Sharma menyambut baik apa yang direncanakan Cina untuk mitigasi perubahan iklim. "Saya menyambut baik komitmen Presiden Xi untuk berhenti membangun proyek batu bara baru di luar negeri, topik utama diskusi saya selama kunjungan saya ke Cina," katanya di Twitter.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga turut menyambut baik langkah Cina yang akan menghentikan proyek baru pada PLTU batu bara. Pasalnya, keputusan ini dapat mempercepat penghentian penggunaan batu bara secara global.

"Ini adalah satu-satunya langkah terpenting untuk menjaga agar tujuan kenaikan temperatur bumi maksimal 1,5 derajat Celsius dalam Perjanjian Paris bisa tercapai," katanya.

Menurut data Cabron Brief, Cina merupakan negara dengan kapasitas PLTU batu bara terbesar di dunia yakni mencapai 972,5 gigawatt (GW). Negara itu memiliki 97 GW dalam radius 250 kilometer sepanjang delta Sungai Yangtze sekitar Shanghai.

Selain Cina, Carbon Brief juga mencatat 10 negara lainnya dengan kapasitas PLTU terbesar di dunia, termasuk di antaranya Indonesia. Simak databoks berikut:

Sebelumnya, Cina juga telah menargetkan untuk meningkatkan kontribusi pembangkit listrik dari sumber energi baru dan terbarukan (EBT), yakni tenaga tenaga surya dan angin, menjadi 11% dari total konsumsi listriknya tahun ini, dari 9,7% pada 2020.

Administrasi Energi Nasional (NEA) Cina telah mengajukan rancangan aturan peningkatan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Hal ini sejalan dengan janji Presiden Xi untuk meningkatkan pangsa bahan bakar non fosil dalam konsumsi energi primer menjadi 25% pada 2030.

Xi berkomitmen untuk menjadikan Cina bebas karbon pada 2060. “Pembangkit listrik tenaga surya dan angin perlu ditingkatkan selama lima tahun ke depan untuk mencapai target 16,5% dari total penggunaan daya pada 2025,” tulis rancangan aturan tersebut.

Rancangan aturan tersebut juga mendesak pengembang proyek tenaga surya dan angin untuk mengebut konstruksi dan meminta pemerintah daerah dan perusahaan jaringan listrik untuk menjamin listrik yang dihasilkan dari pembangkit agar dapat terhubung dengan jaringan.

Pemerintah daerah juga diminta untuk mempercepat pemberian izin untuk proyek tenaga surya dan angin baru. Hal ini untuk memastikan pengembangan jangka panjang energi terbarukan di Cina.

Reporter: Verda Nano Setiawan