Eropa Lirik Batu Bara RI, Arutmin Prioritaskan DMO dan Kontrak Ekspor

KATADATA/AJENG DINAR ULFIANA
Proses penambangan batu bara di Desa Jembayan Dalam, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
8/10/2021, 11.31 WIB

Salah satu produsen batu bara nasional, PT Arutmin Indonesia, memilih untuk fokus memenuhi kewajibannya memasok kebutuhan domestik atau domestic market obligations (DMO), dan ekspor yang sudah berkontrak terlebih dulu. Sekalipun potensi permintaan dari pasar Eropa melonjak.

Mengutip laporan Fengkuang Coal Logistics, imbas tingginya harga gas alam, produsen listrik Eropa sudah menanyakan pasokan batu bara Indonesia untuk pembelian pada kuartal IV tahun ini. Salah satu negara yang berminat mengimpor batu bara dari Indonesia yakni Italia.

General Manager Legal & External Affairs PT Arutmin Indonesia Ezra Sibarani mengatakan rencana impor batu bara oleh Eropa belum menjadi perhatian perusahaan. Pasalnya, Arutmin masih mengutamakan DMO dan kebutuhan ekspor yang sudah berkontrak.

"Apabila memang ada surplus, kami bisa pertimbangkan penjualan spot ke pembeli di Eropa," kata Ezra kepada Katadata.co.id, Jumat (8/10).

Lebih lanjut, menurut dia saat ini perusahaan tengah menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk tahun 2022. Adapun target produksi di tahun depan tidak jauh berbeda dengan target produksi yang dipatok tahun ini sebesar 21-22 juta ton.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa saat ini produksi batu bara di beberapa negara terkendala beberapa masalah. Salah satunya tingginya curah hujan di area tambang yang mengganggu proses produksi. Simak kinerja ekspor batu bara Indonesia pada databoks berikut:

Ini membuat harga komoditas berjuluk emas hitam ini melambung seiring melonjaknya permintaan. Kondisi ini menurut dia juga terjadi di Indonesia. Akibatnya untuk memenuhi kebutuhan batu bara untuk pasar internasional, Indonesia juga mengalami kesulitan.

"Ini kejadian dimana-mana, faktor cuaca di Cina pasokan terhambat permintaan tinggi, maka mereka dorong impor. Impor dorong kita gak bisa memenuhi karena kita sendiri juga terhambat cuaca," kata dia.

Negara-negara di kawasan Uni Eropa dilaporkan mulai putus asa dalam menghadapi krisis energi. Batu bara pun kembali menjadi pilihan seiring melambungnya harga gas karena pasokan yang ketat di tengah meningkatnya permintaan menjelang musim dingin.

Pada 2018 Indonesia sebenarnya mengekspor 6 juta ton batu bara berkalori rendah 4.200 kcal ke Eropa, namun karena pertimbangan emisi, volume ekspor dikurangi secara signifikan. Selama ini pasokan utama batu bara kawasan ini berasal dari Rusia dan Kolombia. Namun pasokan dari dua negara ini juga tersendat karena tingginya permintaan.

"Secara mengejutkan Eropa kembali mempertimbangkan batu bara Indonesia untuk pembelian di bulan November dan Desember karena harga gas alam diprediksi akan naik drastis," tulis laporan Fengkuang Coal Logistics, dikutip Kamis (7/10).

Namun Eropa harus bersaing dengan Inggris, India, Cina, serta beberapa negara Asia lainnya. Di sisi lain, harga batu bara juga semakin tinggi mengikuti tingginya permintaan. Simak produksi batu bara Indonesia pada databoks berikut:

Reporter: Verda Nano Setiawan