Pertamina tengah menjajaki potensi kerja sama dengan perusahaan farmasi terkemuka asal Turki, Abdi Ibrahim, untuk berbagi teknologi dan memproduksi parasetamol di fasilitas milik PT Kilang Pertamina Internasional di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat berkunjung ke Ankara, Turki, pada 11-12 Agustus 2021. Dalam kunjungannya ia didampingi tim dari Kementerian Kesehatan, Pertamina, dan Waskita Karya.
“Pertamina melalui PT KPI telah melakukan pembicaraan dengan salah satu perusahaan farmasi terkemuka Turki, yaitu Abdi Ibrahim dan mereka sepakat menjajaki kerja sama berbagi teknologi dan memproduksi produk farmasi di fasilitas kilang Pertamina,” kata Menlu Retno dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (13/10).
Menurut Retno Pertamina telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Abdi Ibrahim untuk memproduksi parasetamol. “Pemerintah berharap agar kerja sama industri farmasi ini dapat memperkuat pemenuhan pasokan domestik dan mengurangi impor bahan baku obat,” ujarnya.
Terkait hal ini, Pertamina, melalui subholding refining & petrochemical PT KPI, pada awal tahun ini telah menjalin kerja sama dengan PT Kimia Farma untuk membangun pabrik parasetamol dengan kapasitas 3.800 ton per tahun.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan bahwa KPI dan Kimia Farma bekerja sama dalam mengolah lebih lanjut produk petrokimia, yakni benzena dan propilena, dari Refinery Unit (RU) IV atau Kilang Cilacap, menjadi Para Amino Fenol (PAF) yang merupakan bahan baku parasetamol.
KPI dan Kimia Farma telah menandatangani Head of Agreement (HoA) untuk melanjutkan kajian skema kerja sama bisnis, berdasarkan hasil dari joint study yang telah dilaksanakan sebelumnya. “Kajian itu meliputi penyediaan bahan baku, yaitu benzena, rencana offtake produks, skema transaksi, dan komersial,” tutur Nicke.
Nicke menambahkan, inisiasi proyek ini tidak terlepas dari fakta bahwa produk farmasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat esensial dalam menjamin kesehatan masyarakat Indonesia.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) selaku Holding BUMN Farmasi, Honesti Basyir menyampaikan bahwa sinergi bisnis ini dapat mendukung ekosistem farmasi di Indonesia.
"Tentunya kami berharap kerja sama ini dapat memperkuat kemandirian industri farmasi nasional, sekaligus meningkatkan value chain produk petrokimia yang dihasilkan oleh Pertamina," kata dia.
Kementerian BUMN mengapresiasi langkah sinergi BUMN ini, karena kerja sama ini tidak hanya dapat mengurangi impor bahan baku produksi obat, tetapi juga mendorong optimalisasi produk kilang.
"Hingga hari ini, seperti diketahui bersama di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, kesehatan menjadi modal utama yang tidak terpisahkan dalam rangka memulihkan ekonomi nasional," kata Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury.
Pertamina memiliki enam unit kilang minyak di Indonesia. Kilang-kilang tersebut menghasilkan beberapa produk, mulai dari bensin hingga bahan bakar industri. Minyak diesel merupakan produk utama yang mencapai 44% dari total produksi Pertamina. Simak databoks berikut: