Pertamina Targetkan Pengeboran 98 Sumur di Blok Mahakam pada 2022

Arief Kamaludin|KATADATA
Berdasarkan perkiraan, Blok Mahakam masih menyisakan cadangangan 57 juta barel minyak (Million Barel Oil/MMBO), 45 juta barel kondensat, dan 4,9 triliun standar kaki kubik (Triliun Standard Cubic Feet/TSCF).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
17/10/2021, 14.41 WIB

PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) menargetkan pengeboran terhadap 96 sumur pengembangan dan dua sumur eksplorasi di Blok Mahakam pada 2022. Target itu lebih tinggi dari tahun ini yang hanya sebanyak 73 sumur pengembangan dan dua sumur eksplorasi.

General Manager PHM Agus Amperianto mengatakan, peningkatan tersebut dilakukan demi mempertahankan laju produksi minyak dan gas (migas) di Blok Mahakam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Pasalnya, lapangan-lapangan migas di WK Mahakam sudah cukup tua karena telah dieksplorasi selama puluhan tahun.

Sebelum PHM, WK Mahakam dikelola oleh Total E&P Indonesia dan Inpex Corporation sekitar 50 tahun sejak 1967. PHM baru mulai mengambil alih blok tersebut sejak 1 Januari 2018.

"Karena cadangan per sumur sudah semakin mengecil, sehingga kami semakin terbatas melakukan kegiatan pemboran sumur yang masih memiliki tingkat keekonomian yang memadai," kata Agus dalam diskusi virtual pada Minggu (17/10).

Selain itu, Agus menyebut peningkatan pengeboran sumur pengembangan dan eksplorasi tersebut guna berkontribusi mengejar target produksi migas secara nasional pada 2030. Pemerintah menargetkan produksi minyak secara nasional sebesar 1 juta barel per hari (BPH) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada sembilan tahun mendatang.

Pada 2020, produksi minyak nasional telah mencapai 706 ribu BPH. Jumlah itu setara dengan 100,2% dari targetnya di APBN-P 2020 yang sebesar 705 ribu BPH.

Sementara, produksi gas telah mencapai 5.461 MMSCFD pada tahun lalu. Jumlah itu setara dengan 98,3% atau sedikit di bawah target APBN-P 2020 yang sebesar 5.556 MMSCFD.

"Ini saya kira komitmen yang ditunjukkan oleh Pertamina Hulu Mahakam untuk berkontribusi lebih baik." kata Agus.

Adapun, PHM memperkirakan, rata-rata produksi minyak dari WK Mahakam sebesar 23,8 ribu BPH sepanjang tahun ini. Untuk produksi gas, perkiraannya sebesar 515 MMSCFD.

Perkiraan itu lebih tinggi dari target produksi lifting minyak di Mahakam dalam APBN 2021 yang sebesar 22 ribu BPH. Sementara, target lifting gas di Mahakam dalam APBN 2021 sebesar 410 MMSCFD.

Agus meyakini target tersebut bisa tercapai pada tahun ini. Terlebih, PHM telah mendapatkan sejumlah insentif fiskal dari pemerintah.

"Kami memperoleh insentif fiskal terkait fasilitas perpajakan untuk menjaga keekonomian Mahakam supaya bisa tetap menjaga program-program kerja tetap ekonomis," kata dia.

Sebelumnya, Pertamina mengaku kesulitan untuk bisa menahan laju produksi tanpa ada insentif dari pemerintah. Senior Manager Relations Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Regional Kalimantan, Farah Dewi mengatakan, produksi minyak di wilayah kerja ini berpotensi jeblok hingga 20 ribu BPH tanpa adanya insentif. Sementara, produksi gas diperkirakan hanya sebanyak 400 MMSCFD.

"Laju penurunan produksi alamiah di Blok Mahakam tinggi. Diperkirakan sekitar 30% per tahun," kata Farah kepada Katadata.co.id pada Jumat (17/9).