SKK Migas mencatat hingga akhir kuartal III 2021, realisasi lifting migas mencapai 1,640 barel setara minyak per hari (boepd) atau sebesar 96% dari target APBN. Adapun dari realisasi tersebut setidaknya sembilan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) telah mencatatkan lifting di atas target.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan dampak Covid-19 masih sangat mengganggu operasional hulu migas. "SKK Migas dan KKKS terus melakukan upaya agar kinerja hulu migas tetap optimal," kata Julius dalam keteragan tertulis Senin (25/10).
Upaya yang dilakukan tersebut membuahkan hasil dengan capaian lifting migas yang sebesar 96%. Meskipun ada beberapa proyek utama yang penyelesainnya mundur dari target akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
Menurut Julius meskipun operasional hulu migas telah dijaga seketat mungkin dengan prosedur protokol kesehatan melampaui yang ditetapkan Pemerintah. Namun tetap ditemukan pekerja hulu migas maupun kontraktor di proyek yang terkena Covid-19.
Dampaknya terjadi outbreak, yang meskipun telah dilakukan berbagai cara hilangnya waktu akibat outbreak tidak semua bisa di recovery. Misalnya seperti yang terjadi pada proyek Tangguh Train 3 dan Jambaran Tiung Biru (JTB).
"Karena terjadi outbreak bertubi-tubi menyebabkan jadwal onstream meleset sehingga berdampak pada capaian lifting di tahun 2021”, kata Julius.
Lebih lanjut, Julius menambahkan kinerja gemilang KKKS yang melampaui target APBN 2021 menunjukkan bahwa meskipun ada keterlambatan penambahan produksi migas dari proyek hulu migas, di sisi lain operasional produksi dapat dijaga secara optimal.
Hal ini menunjukkan bahwa koordinasi dan sinergi antara SKK Migas dan KKKS terus meningkat. Terlebih implementasi sistem secara digital melalui penambahan modul-modul di integrated operation center (IOC) sehingga pengawasan SKK Migas terhadap operasional dan proyek KKKS tetap bisa dilaksanakan secara optimal.
SKK Migas pun mengapresiasi atas kinerja KKKS yang melampaui target APBN 2021, dan akan mendorong KKKS yang belum mencapai target untuk meningkatkan kinerjanya di sisa tahun 2021. Sekaligus akan menjadi level entry yang optimal memasuki tahun 2022, mengingat target APBN 2022 sudah dipatok tinggi.
"Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa merealisasikannya, sekaligus menjadi pondasi untuk upaya peningkatan produksi migas nasional secara berkelanjutan mencapai target 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barrel dan gas 12 bscfd", kata Julius.
Adapun untuk lifting minyak, terdapat enam KKKS yang berhasil melampui target lifting di kuartal ketiga tahun ini. Salah satunya yakni Pertamina Hulu Mahakam (PHM) sebesar 25.119 barel minyak per hari (bopd) atau 114,5%. Medco E&P Natuna 14.509 bopd (138,2%).
Kemudian Pertamina Hulu Sanga-Sanga 12.129 bopd (101,9%), dan ConocoPhilips (Grissik) LTD 7.014 bopd (104,8%), JOB Pertamina – Medco Tomori Sulawesi LTD 6.730 bopd atau 103,9% dan Husky-CNOOC Madura LTD sebesar 6.564 bopd (109,4%).
Sementara untuk gas terdapat sembilan KKKS yang berhasil mencapai lifting (salur) gas di atas 100%. Antara lain, ConocoPhilips (Grissik) LTD sebesar 831 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) atau 106,5%, PHM 489 mmscfd (119,2%).
ENI Muara Bakau BV 325 mmscfd (111,7%), JOB Pertamina – Medco Tomori Sulawesi LTD 283 mmscfd (101,7%), Premier Oil Indonesia 197 mmscfd (109,2%), Medco E&P Natuna 133 mmscfd (111,2%), Husky-CNOOC Madura LTD 100 mmscfd (100,3%), dan Pertamina Hulu Energi ONWJ LTD 68 mmscfd (109,5%).