Krisis Energi, Harga Minyak Indonesia Tembus US$ 81 pada Oktober

ANTARA FOTO/Yusran Uccang
Ilustrasi. Kenaikan harga juga terjadi pada minyak jenis Sumatera light crude (SLC) naik sebesar US$ 9,27 per barel dari US$ 72,25 per barel menjadi US$ 81,52 per barel.
Penulis: Agustiyanti
12/11/2021, 08.40 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga minyak mentah Indonesia atau ICP pada Oktober 2021 sebesar US$ 81,80 per barel, naik US$ 9,60 per barel dari bulan sebelumnya US$ 72,20 per barel. Kenaikan harga juga terjadi pada minyak jenis Sumatera light crude (SLC) naik sebesar US$ 9,27 per barel dari US$ 72,25 per barel menjadi US$ 81,52 per barel.

Penetapan harga rata-rata ICP Oktober ini tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 217.K/HK.02/MEM.M/2021 pada 8 November 2021. Berdasarkan penjelasan Tim Harga Minyak Indonesia, perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Oktober 2021 naik dibandingkan September 2021. 

Mereka menjelaskan, beberapa faktor yang memengaruhi kenaikan harga minyak,  antara lain krisis pasokan gas dan kenaikan harga batu bara yang memicu krisis listrik di Eropa dan Asia, terutama memasuki periode musim dingin.Kondisi ini meningkatkan permintaan minyak mentah sebagai bahan bakar pengganti.

Faktor lainnya, yakni kesepakatan OPEC+ untuk tidak menambah peningkatan produksi dan hanya akan melanjutkan rencana kenaikan produksi 400 ribu bph per bulan, meskipun terdapat peningkatan permintaan minyak mentah.

Dalam laporan Oktober 2021, OPEC menaikkan proyeksi permintaan minyak mentah global pada kuartal IV 2021 sebesar 0,12 juta bph menjadi 99,82 juta dari proyeksi bulan sebelumnya. Sementara itu, proyeksi produksi minyak mentah negara non-OPEC kuartal IV 2021 turun 3,2 juta bph menjadi 65,24 juta bph.

"Kenaikan harga minyak juga disebabkan penurunan stok minyak mentah AS di Cushing, Oklahoma, titik serah WTI (Nymex), sebesar 3,9 juta barel menjadi 27,33 juta barel, lebih rendah 47% dibandingkan rata-rata stok minyak mentah dalam 5 tahun terakhir," demikian dilaporkan Tim Harga Minyak pada Senin (12/11).

Berdasarkan laporan Energy Information Administration (EIA), terjadi penurunan stok gasoline dan distillate di Amerika Serikat dibandingkan akhir bulan sebelumnya. Stok gasoline turun sebesar 6,1 juta barel menjadi 215,7 juta barel, sedangkan stok distillate turun sebesar 4,7 juta barel menjadi 125,0 juta barel.

Kenaikan harga minyak juga dipengaruhi oleh pemulihan kondisi ekonomi dan pertumbuhan industri yang sebelumnya terdampak Covid-19. Ini seiring meningkatnya permintaan energi, terutama minyak mentah.

Adapun peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh musim dingin yang datang lebih awal di Cina. Hal ini meningkatkan permintaan batu bara, gas dan minyak mentah lebih cepat dari perkiraan.

Selain itu, meningkatnya impor minyak mentah di Asia juga menjadi penyebab kenaikan harga. Peningkatan impor minyak mentah pada Oktober 2021, antara lain terjadi untuk tujuan:

  1. India sebanyak 310 ribu bph menjadi 4,19 juta bph seiring membaiknya perekonomia.
  2. Jepang sebesar 3,01 juta bph, tertinggi di tahun ini, sebagai cadangan untuk pemenuhan kebutuhan musim dingin.
  3. Korea Selatan  sebesar 2,99 juta bph,  untuk memastikan kebutuhan di musim dingin serta membaiknya perekonomian.

Adapun perkembangan harga minyak dunia selama bulan Oktober secara lengkap, sebagai berikut: 

  • Dated Brent naik sebesar US$ 9,08 per barel dari US$ 74,58 per barel menjadi US$ 83,66 per barel.
  • WTI (Nymex) naik sebesar US$ 9 68 per barel dari US$ 71,54 per barel menjadi US$ 81,22 per barel.
  • Basket OPEC naik sebesar US$ 8,19 per barel dari US$ 73,88 per barel menjadi US$ 82,07 per barel.
  • Brent (ICE) naik sebesar US$ 8,87 per barel dari US$ 74,88 per barel menjadi US$ 83,75 per barel. 
Reporter: Verda Nano Setiawan