Tangki Kilang Cilacap Pertamina yang Terbakar Tanpa Penangkal Petir?

Pertamina
Pemadaman api di tangki 36T102 yang mentimpan Pertalite di Kilang Cilacap.
19/11/2021, 19.10 WIB

Penyebab kebakaran di area Kilang Cilacap Pertamina, Jawa Tengah, mulai sedikit menemui titik terang. Diduga petir bisa menyambar tangki 36T102 hingga menyebabkan kebakaran lantaran belum terpasangnya alat penangkal petir pada tangki tersebut.

Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) periode 2018-2021, Arie Gumilar mengklaim bahwa kilang minyak Pertamina telah berstandar internasional. Namun ia mengakui jika pada tangki yang terbakar tersebut belum dipasang alat penangkal petir.

"Memang kebetulan untuk penangkal petir di tangki ini belum terpasang karena ada proses pengadaan. Sehingga saya yakin manajemen Pertamina untuk terus melakukan perbaikan agar tidak terulang," ujar dia dalam 'Dialog Aktual: Siapa Dalang Kebakaran Kilang Pertamina?', Jumat (19/11).

Menurut Arie Kilang Cilacap dibangun pada tahun 1976. Sedangkan tangki 36T102 dibangun pada 1983. Artinya tangki ini sudah beroperasi hampir 40 tahun. Sehingga, insiden kebakaran tangki akibat sambaran petir ini dapat dianalisis, apakah kondisi cuaca yang ada sekarang berbeda dengan 40 tahun ke belakang.

"Baru kejadian sekarang, bisa saja mungkin petir yang sekarang berbeda dengan petir yang lain. Kita kan tidak bisa tanya ke petirnya karena tidak punya kemampuan menjawab itu," katanya.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mempertanyakan dasar yang dipakai untuk menilai kilang Pertamina telah berstandar internasional. Mengingat, dalam kasus alat penangkal petir saja perusahaan migas pelat merah ini bisa abai.

Padahal, di beberapa negara lainnya, pengamanan pada aset kilang minyak mempunyai standar yang cukup tinggi dan berlapis. Sehingga jika kasus terulang karena petir, maka perlu dipertanyakan kebenarannya.

"Mas Arie bilang ini sudah menerapkan standar internasional diaudit. Tetapi bilang penangkal petirnya belum di pasang. Kalau berulang kali terjadi, teknologi mana yang dipakai," ujarnya.

Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron berpendapat bahwa sebenarnya teknologi telah memperhitungkan berbagai situasi. Baik itu suhu panas atau sumber api, baik dari yang disengaja maupun faktor alam.

Sehingga menurutnya perlu evaluasi secara mendalam terkait insiden kebakaran kilang Pertamina yang terus berulang. Sebab, aspek health safety security & environment (HSSE) dalam kegiatan operasi perusahaan minyak harus diutamakan.

Herman khawatir jika hal ini terus dibiarkan akan menurunkan kredibilitas Pertamina di mata investor. Sehingga akan berdampak pada proyek proyek migas ke depan.

"Kami ingin mendalami, kami juga akan merumuskan apa perlu membentuk panja untuk kami bisa mengaudit secara komprenhsif. bisa melakukan sesuatu agar tentu menjadi rekomendasi penting bagi pertamina ke depan," katanya.

Sebelumnya Pertamina mengklaim telah menerapkan aspek health, safety, security & environment (HSSE) dalam kegiatan operasi perusahaan. Ini dilakukan supaya insiden terbakarnya di salah satu tangki minyak di kilang Cilacap tidak terulang.

Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional, Ifki Sukarya mengatakan Pertamina telah menerapkan strategi HSSE proaktif sebagai upaya preventif terhadap insiden.

Sebagai contoh, pasca insiden Juni 2021, Pertamina melalui HSSE segera menerapkan upaya pencegahan dan penanganan kebakaran berupa pemenuhan foam 200% dari worst case, proses pengajuan Mobile Crane Head Truck serta proses pengajuan LTSA HCFE.

"Dari segi pengendalian api, strategi offensive fire fighting yang dilakukan HSSE Pertamina menunjukkan hasil yang cepat guna memadamkan api dan proses pendinginan terhadap tanki-tanki sekitarnya dengan hydrant foam," ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (16/11).

Selain itu, langkah-langkah proaktif lainnya seperti penerapan dokumen pengecekan untuk pekerjaan panas (SIKA panas, JSA, kelengkapan APAR, Pws lapangan), pemasangan penangkal petir di area tangki, pemasangan earthing dan bonding untuk tank storage, piping system dan peralatan proses lainnya, hingga pemasangan fire gas detector.

"Terkait insiden yang terjadi bulan November, Pertamina terus melakukan langkah investigatif guna mengetahui penyebab insiden tersebut dan menyiapkan strategi HSSE yang andal," kata dia.

PT Kilang Pertamina Internasional juga tengah melakukan percepatan pemasangan Lightning Protection System (LPS) dan mengupayakan agar tangki menjadi penangkal petir mandiri. Selain itu juga akan dilakukan pengecekan rutin yang lebih kerap terhadap tangki dan perlengkapan penangkal petir.

Reporter: Verda Nano Setiawan