Dukung Hilirisasi, PLN Pasok Listrik untuk Smelter-Kawasan Industri
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan komitmennya dalam mendukung proses hilirisasi mineral di Indoensia.
Salah satunya dengan memenuhi kebutuhan listrik dari pelanggan tegangan tinggi PT Sebuku Iron Lateritic Ores (PT SILO) dan Kawasan Industri Sebuku Indonesia Industrial Park (KI SIIP).
Jumlah pasokan listrik untuk kebutuhan tersebut mencapai 385 Mega Volt Ampere (MVA).
Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) sebesar 75 MVA untuk pengoperasian smelter milik PT SILO.
Kemudian Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) penyediaan listrik ke Kawasan Industri Sebuku Indonesia Industrial Park sebesar 310 MVA.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengatakan, listrik menjadi kebutuhan dasar, termasuk untuk mendukung kegiatan bisnis dan industri.
Karena itu, pihaknya berkomitmen memenuhi kebutuhan listrik dari pelanggan kecil sampai besar seperti industri.
"Kami berharap kerja sama ini bisa mendukung pengoperasian smelter dan kawasan industri yang dikelola SILO Group," kata Bob Saril dalam keterangan tertulis, Kamis (25/11).
Menurut Bob, PLN telah menyediakan pasokan listrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, seiring dengan pembangunan infrastruktur kelistrikan. Sehingga dapat mengakomodir kebutuhan investor terhadap suplai energi.
"Kami sudah menyediakan pembangunan pembangkitan 10 ribu MW tahap satu dan tahap dua. Kemudian pemerintahan selanjutnya Presiden Jokowi ada 35 ribu MW harapannya dapat menjadi penggerak ekonomi," ujar Bob Saril.
Adapun PLN di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah memiliki cadangan daya mencapai 664 MW. Sehingga permintaan pasokan listrik untuk smelter PT SILO dan KI SIIP dapat terpenuhi.
"Sistem kelistrikan Barito yang ada di Kalselteng saat ini sudah terinterkoneksi dengan sistem kelistrikan Mahakam di Kaltim sehingga makin andal dengan cadangan daya sebesar 664 MW," kata Bob.
Penyediaan energi listrik sebesar 75 MVA untuk kebutuhan PT SILO setidaknya dibagi ke dalam 3 tahap.
Tahap tersebut meliputi 30 MVA pada April 2022, meningkat menjadi 45 MVA pada Juni 2022 dan terakhir bertambah menjadi 75 MVA pada Februari 2023.
Dengan tersedianya tenaga listrik sebesar 75 MVA pada Februari 2023, PLN mendukung keberlangsungan industri pertambangan mineral atas pembangunan dan operasional smelter di Kalimantan Selatan.
Mengingat, UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batubara (Minerba) menetapkan ekspor produk mineral yang belum dimurnikan didalam negeri akan ditutup pada Juni tahun 2023.
Jika smelter belum beroperasi hingga juni 2023, maka para pengusaha tidak bisa melakukan ekspor produk mineral logam tertentu yang belum dimurnikan ke luar negeri.
Bob menilai penyediaan tenaga listrik guna pengembangan kawasan KI SIIP yang dikelola oleh SILO GROUP juga merupakan langkah awal.
Langkah tersebut terutama untuk mendukung peningkatan produksi pengolahan mineral dalam negeri di masa yang akan datang.
Dengan jadwal awal penyediaan tenaga listrik pada Juli 2025 sebesar 50 MVA dan puncaknya pada Desember 2027, ketersediaan energi listrik untuk Kawasan Industri SIIP adalah sebesar 21 MVA.
Direktur Utama PT SILO, Effendy Tios mengapresiasi langkah PLN untuk mendukung penuh pengembangan industri dalam negeri melalui hilirisasi mineral.
Dengan ditambahnya pasokan listrik ke smelter PT SILO menjadi 75 MVA dari PLN sangat mendukung terealisasinya industri smelter dan leaching di Pulau Sebuku.
"Sesuatu yang luar biasa dilakukan oleh PLN karena dapat mendukung pengembangan industri dalam negeri melalui tambang mineral" tutur Effendy.
Menurutnya, banyak keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaannya ketika telah mendapat pasokan listrik dari PLN.
Setidaknya dalam jangka panjang, maka akan menekan biaya operasional yang signifikan.
Sebelum mendapat pasokan listrik PLN, PT SILO menggunakan Genset untuk melistriki fasilitas produksi bajanya.
Kondisi ini membuat biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan genset jauh lebih mahal ketimbang membeli listrik dari PLN.
"Kita pakai genset 15 MW pakai bahan bakarnya solar biayanya kan 1 banding 3, kalau harga listrik dari PLN sekitar Rp 1.200 kita Rp 3.600, apalagi solar harganya sekarang lebih tinggi bisa Rp 4 ribu. Kalau kita pakai solar bukan cari untung tapi cari rugi," ujarnya.