PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengungkapkan bahwa progres proyek PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 telah mencapai 93,85%. Perusahaan optimistis PLTU ini dapat beroperasi penuh secara komersial pada Maret 2022.
Direktur Utama PT Bukit Asam (PTBA) Suryo Eko menargetkan tahap commissioning PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 dapat dilakukan pada kuartal I 2022. Meski demikian, hal itu juga masih tergantung pada kesiapan PLN yang posisinya sebagai offtaker atau pembeli utama listrik dalam negeri.
"Tapi juga sangat bergantung pada sisi PLN. Kalau dari sisi pembangkit kita siap kuartal 1 2022 untuk beroperasi baik itu dari kesiapan batu bara dan pembangkitnya," kata Eko dalam konferensi pers kinerja Bukit Asam, Jumat (10/12).
PLTU Sumsel 8 berkapasitas 2x620 MW dan merupakan proyek strategis PTBA dengan nilai proyek mencapai US$ 1,68 miliar. PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP).
HBAP merupakan perusahaan patungan antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd. Proyek PLTU ini nantinya membutuhkan 5,4 juta ton pasokan batu bara per tahun. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada kuartal I- 2022.
Eko mengklaim PLTU Sumsel 8 menggunakan teknologi ramah lingkungan yakni super critical. Dalam rangka menekan emisi gas buangnya, PLTU Sumsel 8 juga menerapkan teknologi flue gas desulfurization (FGD) yang digunakan untuk meminimalkan sulfur dioksida dari emisi gas buang PLTU.
Seperti diketahui, PLN sebelumnya telah berhasil mencapai kesepakatan dengan produsen listrik swasta atau IPP untuk memundurkan target beroperasi komersial atau commercial operation date (COD) beberapa pembangkit listrik ke tahun depan.
Hal tersebut dilakukan mengingat kondisi perusahaan setrum pelat merah ini yang tengah mengalami kelebihan pasokan listrik. Adapun sejumlah pembangkit yang akan digeser untuk beroperasi ke tahun 2022 memiliki total kapasitas 5,75 gigawatt (GW).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan renegosiasi dengan para IPP terutama untuk memundurkan jadwal target beroperasi komersial pembangkit yang semula pada tahun ini menjadi beroperasi pada tahun 2022.
Menurut Rida, PLN sebenarnya telah melakukan renegosiasi kontrak dengan para produsen listrik swasta selama dua tahun berturut-turut. Misalnya, untuk pembangkit listrik yang memiliki jadwal operasi pada 2020, perusahaan telah mencapai kesepakatan untuk menundanya ke 2021, dengan total kapasitas 7 GW.
"Jadwal COD pada tahun sekarang digeser pada tahun 2022 kurang lebih 5,75 GW digeser. PLN juga berhasil menggeser kurang lebih 7 GW menjadi ke tahun ini yang harusnya tahun kemarin," kata Rida beberapa pekan lalu.
PLN juga telah menyepakati penundaan jadwal COD sebanyak 14 proyek pembangkit listrik dengan Independent Power Producer (IPP) guna mengatasi kelebihan pasokan listrik. Penundaan jadwal berpotensi menghemat dana PLN hingga Rp 25 triliun.