Dua Rencana Besar Cina Perkuat Dominasi di Industri Logam Tanah Jarang

ANTARA FOTO/Jojon
Ilustrasi tambang.
Penulis: Happy Fajrian
20/12/2021, 20.25 WIB

Pemerintah Cina dilaporkan mempertimbangkan untuk melepaskan hak konsesi untuk mengeksplorasi dan menambang logam tanah jarang (rare earth mineral). Ini bertujuan untuk meningkatkan produksi sekaligus dominasinya di industri ini.

Seorang pejabat Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Cina, Chang Guowu, mengatakan bahwa Cina harus melepaskan hak eksplorasi logam tanah jarang untuk memperkuat eksplorasi tambang Bayan Obo di wilayah Mongolia Dalam, termasuk sumber daya tanah jarang sedang dan berat.

"Kami harus memperluas eksploitasi sumber daya, lebih lanjut meningkatkan manajemen kuota tanah jarang secara keseluruhan dan mengatur pemanfaatan bijih impor dan limbah lain yang mengandung logam tanah jarang,” ujar Chang seperti dikutip Reuters, Senin (20/12).

Cina merupakan produsen terbesar logam tanah jarang di dunia. Namun Chang mengatakan bahwa Cina masih memiliki kekurangan dalam green development dan produksi barang berteknologi tinggi dari logam tanah jarang. Dia juga menyarankan agar industri menjaga harga mineral ini dalam kisaran yang wajar.

Pemerintah Cina telah meningkatkan kuota penambangan logam tanah jarang tahun ini ke level tertingginya sebesar 168.000 ton. Untuk menjaga dominasinya di industri logam strategis global, Beijing juga dilaporkan berencana membentuk sebuah holding perusahaan milik negara China Rare Earth Group.

Holding ini akan menggabungkan beberapa perusahaan milik negara di sektor logam strategis yang sudah berdiri seperti China Minmetals Corp., Aluminium Corp. of China Ltd., dan Ganzhou Rare Earth Group Co.

Kelompok gabungan ini dirancang untuk lebih memperkuat kekuatan Cina dalam menentukan harga dan menghindari pertikaian di antara perusahaan-perusahaan lokal, serta menggunakan pengaruh itu untuk melemahkan upaya Barat untuk mendominasi teknologi penting.

Perkiraan dominasi Cina dalam industri tanah jarang bervariasi. Beberapa analis mengatakan China menambang lebih dari 70% tanah jarang di dunia dan bertanggung jawab atas 90% dari proses kompleks untuk mengubahnya menjadi magnet.

Sebuah laporan Gedung Putih memperkirakan bahwa Cina mengendalikan 55% dari penambangan tanah jarang di dunia dan 85% dari proses pemurniannya. Simak databoks berikut:

Meski demikian belum jelas apakah perusahaan baru itu akan memiliki cakupan nasional atau bagaimana dampaknya terhadap eksplorasi dan penambangan logam tanah jarang Cina yang cukup besar di wilayah Mongolia Dalam.

Sebelumnya pada bulan September, anak perusahaan dari China Minmetals melaporkan bahwa induknya sedang merencanakan reorganisasi strategis dengan Aluminium Corp of China dan pemerintah kota Ganzhou, di provinsi Jiangxi, yang merupakan pusat penting produksi logam tanah jarang.

Tanah jarang adalah sekelompok 17 elemen yang dinilai karena sifat magnetik dan konduktifnya. Mereka digunakan untuk memproduksi berbagai teknologi penting seperti komponen dalam mobil listrik, layar sentuh smartphone dan sistem pertahanan rudal.

Dominasi Cina memberi Beijing potensi kekuasaan atas pembuat berbagai teknologi yang berkembang pesat. Upaya untuk mengkonsolidasikan posisi negara di industri logam tanah jarang datang pada saat meningkatnya kepekaan di Barat bahwa China dapat menggunakan dominasinya di industri sebagai senjata geopolitik.

Seperti ketika Cina memangkas kuota ekspor ke Amerika sebagai respons dari penjualan senjata ke Taiwan. Atau melarang ekspor logam tanah jarang ke Jepang selama dua bulan pada 2010 yang menurut laporan The Guardian sebagai upaya menekan pemerintah Jepang agar melepas kapal penangkap ikan Cina yang ditahan.