ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) berencana menambah investasinya di Blok Cepu senilai US$ 170 juta atau sekitar Rp 2,42 triliun (kurs Rp 14.267 per dolar). Investasi ini diharapkan dapat meningkatkan produksi minyak di blok ini hingga sebesar 20.000 barel per hari (bph).

“ExxonMobil dan mitranya telah mencapai kesepakatan dengan SKK Migas untuk meningkatkan invesasinya di Blok Cepu,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji seperti dikutip Energy Voice, Rabu (30/12).

Pada bulan September, ExxonMobil mengatakan bahwa mereka berencana untuk memulai kembali pengeboran eksplorasi di Blok Cepu, meskipun ada rumor bahwa mereka akan melepaskan participating interest (PI)-nya sebagai upaya untuk menemukan cadangan baru.

Blok Cepu, merupakan salah satu blok migas terbesar di Asia Tenggara dan blok penghasil minyak terbesar di Indonesia. Sejak mulai berproduksi pada 2008 hingga awal Oktober 2021 telah mencapai 500 juta barel minyak, melampaui target 450 juta barel dalam rencana pengembangan (PoD) awal.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan total investasi di blok migas ini sejak 2008 sekitar Rp 57 triliun. Dengan produksi kumulatif mencapai 500 juta barel minyak, Blok Cepu telah menyumbang penerimaan negara hingga empat kali lipat nilai investasinya.

"Produksi Blok Cepu berkontribusi lebih dari Rp 249 triliun bagi pendapatan negara dalam bentuk minyak mentah dan pajak,” kata Dwi dalam keterangan tertulis, Kamis (7/10).

Berdasarkan kajian teknis, cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip di blok ini meningkat menjadi 940 juta barel, atau lebih dari dua kali lipat POD awal sebesar 450 juta barel. Peningkatan ini memberikan manfaat besar bagi penerimaan negara yang optimal serta efek pengganda bagi perekonomian lokal.

Dwi mengatakan di awal POD Banyu Urip, tingkat produksi periode plateau yang diperkirakan berlangsung sekitar 2 tahun mencapai 165.000 barel minyak per hari (bph) per tahun.

Namun sejak beroperasi dengan kapasitas penuh pada Januari 2016, puncak produksi dapat dicapai selama lebih kurang 5 tahun di angka 185.000 hingga 225.000 bph. Termasuk tambahan 10.000 bph dari lapangan Kedung Keris sejak Desember 2019.