Kementerian ESDM menetapkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Desember 2021 sebesar US$ 73,36 per barel, turun US$ 6,77 atau 8,44% dibandingkan bulan sebelumnya di level US$ 80,13. Harga minyak jenis Sumatera light crude (SLC) juga turun US$ 7,12 dari US$ 80,15 menjadi US$ 73,03 per barel.

Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, menyampaikan penurunan ini antara lain dipengaruhi oleh pelaku pasar yang menanggapi secara berlebihan atas ketidakpastian kondisi pasar, terutama terkait peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron.

Munculnya varian Omicron, inflasi, pelepasan cadangan strategis dan berlanjutnya kenaikan produksi OPEC+, dan penguatan nilai tukar dolar terhadap mata uang utama dunia membuat turunnya minat investor pada komoditas minyak turun ke level terendah dalam beberapa tahun dan mendorong aksi ambil untung di saat harga masih tinggi.

Munculnya varian Omicron, yang menyebar dengan cepat pada awal Desember 2021 dan penetapan WHO atas varian virus Covid-19 Omicron sebagai varian of concern di beberapa kawasan seperti Afrika Selatan, Eropa, Amerika, dan Asia, menyebabkan negara-negara di Eropa, Australia, Cina kembali membatasi aktivitas.

“Hal tersebut menyebabkan kekhawatiran terjadinya penurunan aktivitas ekonomi dan penurunan permintaan minyak mentah global serta ekspektasi pasar agar OPEC+ menunda keputusan untuk tetap melanjutkan peningkatan produksi minyak,” demikian kata Tim Harga Minyak dalam keterangannya, Kamis (6/1).

Energy Information Administration (EIA) melaporkan adanya kenaikan stok gasoline/bensin sebesar 7,3 juta barel menjadi 222,7 juta barel dibandingkan November 2021. Ini seiring menurunnya permintaan secara musiman yang diperkuat dengan pengetatan aktivitas akibat sebaran varian Omicron.

EIA dalam laporan Desember 2021 menyatakan bahwa pasokan minyak mentah global akan melebihi permintaan, terutama akibat peningkatan produksi AS seiring peningkatan aktivitas pengeboran dan peningkatan produksi OPEC+ sebesar 450.000 barel per hari.

Sementara, laporan Desember 2021 EIA menyebutkan rata-rata permintaan minyak mentah global 2021 turun 100.000 barel per hari dibanding laporan bulan sebelumnya. Hal ini akibat peningkatan kasus Covid-19 yang berdampak terutama pada penurunan aktivitas penerbangan dan konsumsi bahan bakar jet.

OPEC melaporkan permintaan minyak pada kuartal IV 2021 disesuaikan sedikit lebih rendah terutama untuk memperhitungkan langkah-langkah penahanan Covid-19 di Eropa dan potensi dampaknya terhadap permintaan bahan bakar transportasi imbas munculnya varian Omicron. Total permintaan minyak dunia sebesar 96,63 juta barel per hari secara tahunan pada 2021.

Penurunan harga minyak mentah internasional juga dipengaruhi oleh keputusan Bank of England untuk menaikkan suku bunga yang tidak diduga pasar. Keputusan ini menjadi yang pertama di antara negara-negara maju kelompok G7 yang melakukan pengetatan moneter selama pandemi Covid-19.

Terutama setelah Federal Reserve AS (Fed) mengindikasikan potensi percepatan pengurangan stimulus fiskal dan menaikkan suku bunga lebih awal, untuk mengatasi inflasi. Indikasi tersebut membuat Dollar AS lebih menarik bagi investor dibandingkan dengan pasar ekuitas.

“Rystad Energy memperkirakan throughput kilang global pada kuartal 4 tahun 2021 direvisi turun 400.000 barel per hari dibanding laporan bulan November 2021 menjadi rata-rata 78,7 juta barel per hari,” menurut Tim Harga Minyak Mentah Indonesia.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh terus berlanjutnya ekspektasi akan pelepasan cadangan minyak strategis Cina. Kemudian penurunan pertumbuhan perekonomian di wilayah Asia Pasifik, terutama di Cina dan India, serta penurunan impor minyak mentah di Cina dan Jepang.

Adapun perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Desember 2021 dibandingkan bulan November 2021 sebagai berikut:

- Dated Brent turun sebesar US$ 7,34 per barel dari US$ 81,44 menjadi US$ 74,10;
- WTI (Nymex) turun sebesar US$ 6,96 per barel dari US$ 78,65 menjadi US$ 71,69;
- Basket OPEC turun sebesar US$ 6,88 per barel dari US$ 80,37 menjadi US$ 73,49;
- Brent (ICE) turun sebesar US$ 6,05 per barel dari US$ 80,85 menjadi US$ 74,80.

Reporter: Verda Nano Setiawan