Kementerian ESDM mencatat PNBP sektor minyak dan gas bumi (migas) sepanjang 2021 mencapai Rp 103,19 triliun. Capaian tersebut meningkat 48% dibandingkan realisasi tahun 2020 yang hanya Rp 69,7 triliun.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyebut kenaikan tersebut didorong oleh naiknya harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP). Ia memerinci capaian tersebut terdiri atas PNBP SDA migas Rp 97,98 triliun dan PNBP lainnya (DMO minyak) Rp 5,21 triliun.
"ICP rata-rata US$ 68,47 per barel target US$ 45 per barel. PNBP SDA tahun 2021 sebesar Rp 97,98 triliun," ujar Tutuka dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (1/19).
Meski begitu, realisasi lifting migas 2021 masih belum memenuhi target yang telah ditetapkan. Adapun berdasarkan catatan SKK Migas, lifting migas sepanjang 2021 hanya mencapai 1,642 juta barel setara minyak per hari (boepd) atau 96% dari target 1,712 juta boepd.
Realisasi tersebut terdiri dari lifting minyak sebesar 660 ribu barel per hari atau 93,7% dari target 705 ribu bopd. Selain itu lifting gas mencapai 5.501 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 97,6% dari target 5.638 MMSCFD.
Menurut Tutuka tidak tercapainya target lifting tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya seperti terjadinya kegagalan operasional produksi yang tidak direncanakan atau unplanned shutdown.
"Maka dibutuhkan peningkatan dan peningkatan capaian lifting migas, optimasi produksi pada lapangan eksisting dan percepat POD lapangan baru dan percepat lapangan yang tertunda," kata dia.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno sebelumnya mengatakan produksi migas sepanjang 2021 masih mengalami sejumlah tekanan yang disebabkan oleh sejumlah faktor. Mulai dari pandemi Covid-19 hingga keterlambatan penyelesaian proyek migas. Bahkan produksi minyak mengalami penurunan hingga mencapai 20 ribu barel per hari.
"Karena memang di kuartal 3-4 terjadi perlambatan eksekusi pekerjaan dan ini tidak terlepas dari faktor covid-19 yang belum selesai tertangani mempengaruhi mobilitas personel dan peralatan," ujar Julius dalam Konferensi Pers secara virtual, Senin (17/1)
Selain itu, terjadinya kegagalan operasional produksi yang tidak direncanakan atau unplanned shutdown pada beberapa peralatan milik KKKS turut membuat produksi migas merosot. Salah satunya seperti yang terjadi di fasilitas BP Tangguh dan ConocoPhillips. "Keduanya gas tapi mempengaruhi produksi kondensat,” kata dia.