Harga minyak mentah dunia naik menembus level US$ 90 per barel untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun dipicu ketatnya pasokan dan meningkatnya ketegangan politik antara Rusia dan Ukraina.
Pada perdagangan Rabu (26/1), harga minyak mentah jenis Brent ditutup pada US$ 89,96 per barel, naik US$ 1,76 setelah sempat melampaui level US$ 90 untuk pertama kalinya sejak Oktober 2014. West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik US$ 1,75 menjadi US$ 87,35 per barel.
Rusia dilaporkan telah mengumpulkan ribuan pasukannya di perbatasan Ukraina, memicu kekhawatiran pasar bahwa invasi terhadap Ukraina sudah di depan mata. Jika terjadi, pasar khawatir konflik ini akan mengganggu pasokan gas Rusia ke Eropa. Rusia juga merupakan salah satu negara pengekspor minyak terbesar dunia.
“Pasar gelisah bahwa pasokan dapat terganggu. Kemungkinan besar pasokan energi akan berlanjut, tapi risikonya tak dapat diabaikan sesuatu dapat mengganggu keseimbangan pasar,” ujar kepala penasihat dan analis geopolitik di S&P Global Platts, Paul Sheldon, seperti dikutip Reuters, Kamis (27/1).
Di tengah potensi invasi Rusia ke Ukraina yang terus meningkat, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Tony Blinken menegaskan bahwa Amerika akan memastikan pasokan energi global tak terganggu jika Rusia mengambil tindakan ekstrim, sehingga menjaga kestabilan harga minyak.
Presiden Joe Biden juga tengah mempertimbangkan sanksi pribadi terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin jika Rusia menginvasi Ukraina. Secara terpisah, gerakan Houthi Yaman meluncurkan serangan rudal ke pangkalan Uni Emirat Arab pada Senin (24/1) juga berpotensi mengganggu pasokan dan mendongkrak harga minyak.
Ketegangan politik global telah menambah kekhawatiran tentang pasar energi yang sudah ketat. OPEC+ mengalami kesulitan memenuhi target produksi bulanan karena memulihkan pasokan ke pasar setelah pemotongan drastis pada tahun 2020.
Sementara AS kekurangan lebih dari satu juta barel dari rekor tingkat produksi hariannya. "Satu-satunya organisasi yang dapat mengubah arah harga sekarang adalah OPEC," kata Claudio Galimberti, wakil presiden senior analisis di Rystad Energy.
Sementara itu, permintaan tetap kuat, menunjukkan persediaan mungkin menurun lebih lanjut. Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu (OPEC+) bertemu pada 2 Februari untuk mempertimbangkan peningkatan produksi lainnya untuk mengendalikan harga minyak.
Persediaan di Amerika naik dalam minggu terakhir, dengan stok minyak mentah naik 2,4 juta barel, melawan ekspektasi untuk penurunan moderat. Persediaan bensin naik ke level tertinggi dalam hampir satu tahun.
Pasokan produk minyak olahan, yang menjadi ukuran permintaan, melampaui level pra-pandemi ke rata-rata empat minggu di 21,2 juta barel per hari. Peningkatan ini didorong peningkatan konsumsi produk solar, karena penggunaan bensin telah melemah dalam beberapa pekan terakhir.