SKK Migas: Perkiraan Awal Lifting Minyak KKKS di Bawah Target APBN

Dok. Chevron
Pengeboran minyak.
2/2/2022, 18.37 WIB

Pemerintah menetapkan target produksi siap jual atau lifting minyak pada 2022 sebesar 703 ribu barel per hari (barrel of oil per day/bopd). Namun menurut catatan SKK Migas, perkiraan awal lifting minyak oleh KKKS tahun ini kemungkinan hanya mencapai 654 ribu bopd atau 93% dari target APBN.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa proyeksi tersebut didapatkan setelah pihaknya bertemu dengan para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk membahas Rencana Kerja dan Anggaran (WP&B) 2022. Dengan kata lain terdapat selisih atau gap sebesar 49 ribu bopd dari target lifting 2022.

"Kami laporkan bahwa dari diskusi KKKS saat ini yang kami sebut sebagai angka teknis dalam menyusun WP&B 2022 kami masih menemukan 654 ribu bopd," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu (2/2).

Oleh karena itu, saat ini SKK Migas memiliki tim khusus yang bertugas untuk mencari cara mengisi gap produksi tersebut. Sehingga target produksi lifting dapat tercapai sesuai yang telah ditetapkan dalam APBN 2022.

Adapun guna mengejar gap produksi, SKK Migas juga akan mengupayakan untuk mengaktifkan sumur idle menjadi sumur produksi aktif. Setidaknya terdapat komitmen 725 sumur yang akan dikembangkan oleh KKKS. "Namun saya melihat ini kurang kita harus bisa diatas 1000 untuk bisa mengisi gap yang kita laporkan," ujarnya.

Seperti diketahui, produksi lifting migas pada tahun 2021 tak mencapai target yang ditetapkan dalam APBN. SKK Migas beralasan pandemi hingga proyek molor menjadi musabab utama sasaran meleset.

Lifting migas 2021 hanya 1,642 juta barel setara minyak per hari (boepd) atau 96% dari target 1,712 juta boepd. Realisasi tersebut terdiri dari lifting minyak 660 ribu bopd atau 93,7% dari target 705 ribu bopd, dan lifting gas 5.501 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) atau 97,6% dari target 5.638 juta mmscfd.

"Karena memang di kuartal 3-4 terjadi perlambatan eksekusi pekerjaan dan ini tidak terlepas dari faktor covid-19 yang belum selesai tertangani mempengaruhi mobilitas personel dan peralatan," ujar Julius dalam Konferensi Pers secara virtual, Senin (17/1).

Reporter: Verda Nano Setiawan