Harga minyak mentah dunia turun lebih dari 2% pada penutupan perdagangan Selasa (8/2) atau Rabu pagi waktu Indonesia setelah Amerika Serikat (AS) dan Iran melanjutkan pembicaraan terkait kesepakatan nuklir.
Potensi kesepakatan ini akan membuka sanksi AS terhadap minyak Iran, sehingga akan meningkatkan pasokan dunia hingga 1 juta barel per hari (bph). Pembicaraan nuklir AS-Iran tengah berlangsung di Wina, Austria.
Harga minyak acuan dunia Brent turun US$ 1,91 atau 2,1% ke level US$ 90,78 per barel. Pada perdagangan intraday Senin (7/2), Brent sempat menyentuh US$ 94 per barel, tertinggi sejak Oktober 2014.
Sedangkan harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,96 atau 2,1% ke level US$ 89,36 per barel. WTI sempat menyentuh level US$ 93,17 per barel pada perdagangan Jumat (4/2).
Dua harga minyak acuan dunia ini diprediksi mengalami tekanan besar selama beberapa bulan ke depan. Executive Director of energy futures di Mizuho Robert Yawger menyebut minyak akan mengalami “super backwardation” dengan harga turun US$ 1 per barel setiap bulan.
“Pemerintah AS mencoba untuk menjinakkan harga minyak dengan memulai negosiasi nuklir baru dengan Iran,” kata analis pasar Rystad Energy Louise Dickson, seperti dikutip Reuters, Rabu (9/2). Simak perkembangan harga minyak pada databoks berikut:
Dia menambahkan bahwa kesepakatan nuklir AS-Iran akan menambah produksi minyak mentah dan kondensat ekstra dalam empat hingga enam bulan, atau bahkan lebih cepat karena Iran diperkirakan memiliki penyimpanan oil on water yang besar.
Delapan putaran pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington sejak April belum menghasilkan kesepakatan tentang dimulainya kembali pakta nuklir 2015. Perbedaan masih berkutat pada rincian pencabutan sanksi.
"Ekspor (minyak Iran) dapat dilanjutkan dengan cepat jika kesepakatan nuklir tercapai. Tapi itu adalah 'jika' yang besar. Munculnya kembali minyak Iran hanya kemungkinan pada tahap ini," kata broker PVM Tamas Varga.
Harga minyak telah melonjak karena meningkatnya permintaan global, ketegangan Rusia-Ukraina, gangguan pasokan dari produsen seperti Libya dan pelonggaran lambat dari rekor pengurangan produksi 2020 oleh OPEC+.
Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) memprediksi produksi minyak AS naik menjadi 12 juta bph pada 2022 dan mencapai rekor tertinggi baru 12,6 juta bph pada 2023. Saat ini rekor tertinggi produksi minyak AS sebesar 12,3 juta bph yang dicapai pada 2019.
Minyak berada di bawah tekanan lebih lanjut dari prospek peningkatan persediaan minyak mentah AS. Analis memperkirakan data inventaris minyak AS terbaru akan menunjukkan peningkatan 400.000 barel dalam stok minyak mentah dalam seminggu hingga 4 Februari.
Harga minyak juga melemah pada Selasa (8/2) ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin membantu mencegah memburuknya krisis Ukraina.
Kremlin membantah bahwa Putin telah berjanji kepada Macron bahwa Rusia tidak akan melakukan manuver lebih lanjut di dekat Ukraina untuk saat ini.
Enam kapal perang Rusia sedang menuju ke Laut Hitam dari Mediterania untuk latihan angkatan laut, kantor berita Interfax melaporkan, mengutip Kementerian Pertahanan Rusia, dalam apa yang disebutnya sebagai gerakan yang telah direncanakan sebelumnya.