Global Methane Tracker dari International Energy Agency (IEA) menunjukkan bahwa emisi metana yang dihasilkan sektor energi dunia 70% lebih tinggi dari data resmi yang diumumkan pemerintah negara-negara di dunia.

Menurut laporan IEA, gas metana merupakan salah satu kandungan gas rumah kaca yang bertanggung jawab sekitar 30% terhadap kenaikan suhu udara global sejak revolusi industri. Sehingga penurunannya secara cepat dan berkelanjutan dapat menjadi kunci untuk membatasi pemanasan global.

Adapun sektor energi menyumbang sekitar 40% dari total emisi metana dari aktivitas manusia. Emisi metana sektor energi tahun lalu naik di bawah 5% lantaran turunnya konsumsi energi dunia serta menunjukkan bahwa sejumlah upaya untuk membatasi emisi sudah mulai membuahkan hasil.

“Dengan naiknya harga gas alam saat ini, emisi metana dari operasi minyak dan gas di seluruh dunia dapat dihindari tanpa biaya bersih,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol dalam keterangan tertulis, Rabu (23/2).

Dia menambahkan bahwa IES telah lama mendukung tindakan yang lebih kuat untuk menurunkan emisi metana. Bagian penting dari upaya tersebut yaitu transparansi ukuran dan lokasi emisi. “Itulah mengapa underreporting yang diungkapkan Global Methane Tracker kami sangat mengkhawatirkan,” ujarnya.

Adapun Global Methane Tracker IEA mendeteksi emisi metana dari tambang batu bara dan bioenergi, di samping cakupan rinci dari operasi minyak dan gas alam. Meningkatnya emisi metana dari aktivitas di sektor-sektor tersebut menggarisbawahi perlunya transparansi yang lebih besar, kebijakan yang lebih kuat, dan tindakan segera.

Tahun lalu IEA melaporkan emisi metana yang signifikan di Texas dan sebagian Asia Tengah, dengan Turkmenistan sendiri bertanggung jawab atas sepertiga dari peristiwa emisi besar yang terdeteksi satelit pada tahun 2021. Sedangkan kebocoran gas metana dari aktivitas produksi minyak dan gas di Timur Tengah relatif sedikit.

Jika semua kebocoran metana dari operasi bahan bakar fosil pada tahun 2021 telah ditangkap dan dijual, maka pasar gas alam akan dipasok dengan tambahan 180 miliar meter kubik gas alam. Itu setara dengan semua gas yang digunakan di sektor listrik Eropa dan lebih dari cukup untuk mengurangi ketatnya pasar saat ini.

Intensitas emisi metana dari operasi bahan bakar fosil sangat beragam dari satu negara ke negara lain. Negara dan perusahaan dengan kinerja terbaik lebih dari 100 kali lebih baik daripada yang terburuk.

Emisi metana global dari operasi minyak dan gas akan turun lebih dari 90% jika semua negara produsen menyamai intensitas emisi Norwegia, terendah di seluruh dunia.

Lebih dari 110 negara di dunia mengikuti Ikrar Metana Global yang diluncurkan pada November 2021 pada gelaran COP26 yang sepakat untuk mengurangi emisi metana dari aktivitas manusia, termasuk pertanian, sektor energi, dan sumber lainnya, hingga 30% pada 2030.

Namun, dari lima negara penghasil emisi metana terbesar dari sektor energi di dunia, yakni Cina, Rusia, Amerika Serikat, Iran dan India, hanya Amerika Serikat yang menjadi bagian dari ikrar tersebut.

Padahal penurunan 30% emisi metana pada 2030 dapat memberi efek yang sama pada pemanasan global dengan target net zero emission (NZE) karbon dioksida (CO2) pada 2050.

Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa Frans Timmermans mengatakan “Metana adalah penyumbang terbesar kedua pemanasan global. Oleh karena itu, mengurangi emisi metana dengan cepat merupakan bagian penting dari upaya kami untuk mengatasi krisis iklim.”

“Namun sebagaimana ditetapkan dalam Ikrar Metana Global, kita memerlukan data yang lebih akurat tentang emisi metana yang sebenarnya. Dengan mengukur, melaporkan, dan memverifikasi, dapat diketahui di mana pengurangan emisi paling mendesak,” ujar Timmermans.