Jerman memutuskan untuk membekukan proyek pipa gas bawah laut, Nord Stream 2, pasca pengiriman “pasukan perdamaian” Rusia ke dua wilayah Ukraina yang memisahkan diri, Donetsk dan Luhansk.
Proyek bernilai US$ 11 miliar atau sekitar Rp 158 triliun ini sebenarnya sudah rampung pada September 2021. Namun Jerman dan Uni Eropa tak kunjung memberikan sertifikasi pengoperasiannya.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan dia telah meminta kementerian ekonomi untuk memastikan sertifikasi tidak bisa dilakukan sekarang.
"Departemen yang sesuai akan membuat penilaian baru tentang keamanan pasokan kami mengingat apa yang telah berubah dalam beberapa hari terakhir," katanya seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (23/2).
Pipa gas Nord Stream 2 sejatinya didesain untuk menggandakan volume aliran gas dari Rusia ke Jerman yang diharapkan dapat menurunkan harga gas di Eropa sehingga dapat mengurangi tekanan pada daya beli masyarakat dan subsidi energi yang dikeluarkan pemerintah.
Mengutip data theice.com, harga gas acuan Eropa, Dutch Title Transfer Facility (TTF) melonjak lebih dari 800% sepanjang 2021, dari sekitar € 17 per kilowatt jam (KWh) menjadi € 166 per KWh pada November 2021. Saat ini harganya turun namun masih di kisaran € 80-90 per KWh.
Keputusan Jerman Bumerang Bagi Eropa?
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengolok-olok keputusan Jerman. Menurutnya keputusan untuk membekukan proyek Nord Stream 2 akan menjadi karena kembali melambungkan harga gas yang akan melukai Jerman dan Eropa.
“Selamat datang di dunia baru di mana orang Eropa akan segera harus membayar € 2.000 per seribu meter kubik (gas)!” ujarnya melalui Twitter, seperti dari dikutip Reuters pada Rabu (23/2). Dia juga menyarankan agar Rusia menaikkan harga gasnya dua kali lipat.
Meski demikian Presiden Vladimir Putin berjanji bahwa Rusia tidak akan mengganggu pasokan gas ke Eropa. Namun juru bicara Kremlin (pemerintah Rusia) Dmitry Peskov berharap penundaan Nord Stream 2 hanya sementara.
Menteri Ekonomi Robert Habeck mengatakan pasokan gas Jerman dijamin bahkan tanpa Nord Stream 2. Namun dia mengatakan bahwa harga memang kemungkinan akan naik dalam jangka pendek.
Jerman mendapat setengah pasokan gasnya dari Rusia dan berpendapat bahwa Nord Stream 2 merupakan proyek komersial untuk mendiversifikasi pasokan energi untuk Eropa. Simak databoks berikut:
Raksasa gas milik negara Rusia Gazprom memiliki seluruh pipa tetapi membayar setengah biaya, dengan sisanya ditanggung bersama oleh Shell, OMV Austria, Engie Prancis dan Uniper Jerman dan Wintershall DEA.
Badan Jaringan Federal yang mengatur sektor listrik, gas, telekomunikasi, pos dan kereta api Jerman, telah menangguhkan proses sertifikasi pada November, dengan mengatakan Nord Stream 2 harus mendaftar sebagai badan hukum di Jerman.
Namun terlepas dari potensi keuntungannya, pipa tersebut telah menghadapi tentangan di Uni Eropa dan dari Amerika Serikat dengan alasan bahwa hal itu akan meningkatkan ketergantungan energi Eropa pada Rusia. Rusia juga menolak membayar biaya transit gas kepada Ukraina yang wilayahnya dilalui oleh pipa Nord Stream 2.
"Ini adalah perubahan besar bagi kebijakan luar negeri Jerman dengan implikasi besar bagi keamanan energi dan posisi Berlin yang lebih luas terhadap Moskow," kata analis Institut Kebijakan Keamanan Universitas Kiel, Marcel Dirsus. "Ini menunjukkan bahwa Jerman sebenarnya serius untuk mengenakan biaya berat pada Rusia."